Enam Bulan Dinikahi, Enam Kali Dikhianati
kau terbakar
amun anehnya, bukan karena takut. Bukan rasa gentar yang merayap naik... melainkan kemarahan. Kemarahan yang selama ini kutahan, kemarahan yang tertimbun di bawah lapisan kesabaran dan kepasrahan, kini mulai membara. Untuk pertama kalinya, aku benar-benar tahu: aku sedang diburu. Bukan hany
tersengal pelan, namun bukan ketakutan yang merayap naik... melainkan tekad.
tajam namun tenang, memecah keheningan yang mencekam di ruang konferensi itu. Tidak a
t setiap keraguan yang masih bersembunyi di sudut hatiku. Tak ada senyum di bibirnya. Tak ada empati terpancar dari matanya. Tapi... ada kekuatan. Kekuatan yang memancar darinya, sebuah aura otoritas
mengalir begitu saja, seolah bagian dari diriku yang lama telah mati dan digantikan oleh sesuatu yang ba
enerimaan. Lalu dia kembali ke meja, mengambil selembar kertas dari tumpukan dokumen tebal di hadapanny
di asisten pribadi dalam proyek akuisisi kami. Di atas kertas, kau hanya karyawan biasa. Tapi di balik i
Sebuah rencana yang begitu licik, begitu berani. "Kau ingin menggunak
-stabilitas pasar. Perusahaannya, Mahendra Group, punya pengaruh signifikan. Dan perilakunya, apalagi skandal ini, bisa memicu ketidakpercayaan investor, bahkan mempengaruhi pergerakan saham." Dia berhenti sejenak, tatapannya menembus dir
aktik, seolah manusia hanyalah angka dan emosi adalah variabel yang bisa dimanipulasi. Aku merasa seperti bidak
setiap baris kalimat, mencari celah, mencari jebakan. Ada satu bagian yang membu
ini tidak mengikat secara hukum sebagai pernikahan atau hubungan personal, namun seluruh pergerakan sosial Anda akan be
dadaku meluncur begitu saja. "Jadi mulai hari ini... aku milikmu?" Ada sedikit nad
pa ia memegang kendali. "Tidak," katanya, matanya tetap dingin. "Kau milik dirimu se
ya. Tapi aku tahu satu hal yang pasti: jika aku tidak menggunakan kesempatan ini, aku akan habis. Dunia ini tak memihak wanita yang diam, yang hanya bisa me
n di bawah namaku yang lama-nama yang kini terasa begitu asing, begitu penuh luka. Lalu, dengan gerakan tegas, aku mencoret nama itu, seol
a Ve
h perjuangan baru. Aku merasakan sebuah getaran aneh menjalari tubuhk
taran kuat, diikuti oleh nada peringatan yang khas. Jantungku mencelos, tahu per
elar Konferensi Pers Klar
nyalahkan 'wanita tak stabil emo
depan umum? Setelah semua yang dia lakukan? Kemarahan yang sempat mereda kembali membara, lebih ganas dari sebelumnya. Ini adal
yaris tak terlihat, namun sarat makna. Dingin dan penuh strategi.
suaranya tenang, seolah ini adalah b
ada lagi keraguan dalam suarak
alam, sebuah janji tersirat tersembunyi di baliknya. "Kita mulai pertarung
elegan, dirancang untuk memancarkan aura ketenangan dan kekuatan. Wajahku dirias oleh makeup artist profesional, mulus dan kuat, menyembunyikan lingkaran hitam di bawah mata dan garis-garis kelelahan yan
engarkan setiap kata yang keluar dari bibirku. Ini bukan sekadar wawancara; ini adalah pe
a terasa seperti sebuah orkestra kacau yang siap dimainkan. Aku duduk di sebuah kursi tunggal di tengah panggung, mikrofon terpasang di kerah bajuku. Di
uangan, aku melihat Arya Pratama. Dia berdiri tegak, tangannya terlipat di dada, matanya fokus padaku. Tidak a
n segera dimulai. Hitungan mundur dari
Dua.
aku bisa merasakan ketegangan di balik senyum profesionalnya. "Hari ini, kita kedatangan tamu spesial yang namany
bersedia hadir. Ini adalah pertama kalinya Anda berbicara di hadapan publik setelah kasus perceraian Anda dan skandal perselingkuha
omenku. Momen untuk menyingkirkan label 'wanita tak stabil emosional'. Momen untuk menunjukkan
cara langsung pada Dito dan Luna, pada keluargaku, pada semua orang yang meremehkanku. Su
nang, menciptakan riak yang akan menyebar luas, "aku diperlakukan seperti hantu. Tidak terlihat, tida
ng baru saja kutemukan. "Dan ha