Cantika : DESTINY OF LOVE
air!" jawab Riri riang.
idak bisa p
panjat. Serahkan masalah itu
il menuju kebun yang tak jauh
u Riri setelah berdiri dibawah pohon
-hati
on jambu air yang tidak terlalu besar tersebut.
mpar ke
iri. "Jangan sampai b
air yang dilemparkan Riri dari atas pohon. Se
nyak?" tanya Riri setela
tidak mungkin menghabiskan
anya bisa kita ka
Riri sambil menenteng kanto
gambil bahan membuat rujaknya," ucap
O
iri datang membawa se
anya Cantika sambil m
tapi lama sekali. Aku sampa
bu, kalau ke pa
mu tadi mau pergi ke
u minta dibelika
h tidak?" Riri
nang ada teman di ja
nya sibuk menikmati rujak jambu a
udah kenyang," ucap Canti
juga suda
ahan kue. Sepanjang perjalanan tidak hentinya mereka becanda, terkadang terdeng
a Riri melihat beberapa t
Cantika pada satu
rang ibu paruh baya meny
e sini," sapa pemilik toko ramah. "Deng
mau beli tepung. Hanya tepung terigu
ar, ibu ambilk
i tepung terigu telah selesai. Cantika dan
mau langsung pula
mengangg
Riri. "Bagaimana kalau kita jalan-jal
man
liling. "Bagaimana kalau kita keli
apa
aju yang dipajang di etala
get! Ogah! Malu!!" tolak Ca
nya sebentar saja!"
Cantika tetap pa
gga mau tidak mau, akhirnya Ca
Nah, begitu dong. Ayo!" ajaknya menarik tanga
atnya di luar saj
junya bagus-bagus
" tolak Cantika tegas
a. Tak lama kemudian, pintu butik dibuka dari dalam. Pria berwajah blasteran, h
Takjub dengan makhluk ciptaa
alan santai melewa
ee
s mata pria tersebut dan Cantika saling bertem
,,," bi
rona langsung menghiasi wajahnya. Cantika segera membuan
ndah," gumam pria t
sepatah katapun. Langkah kakinya begitu tegas menapa
geri dongeng. Wajahnya sangat tampan. Ya Tuh
a mencibir. "Bi
," sungut Riri tak terima. "Andai dia mau menjadi
a mend
ria itu masuk ke dalam mobil sport keluaran
itu mobil punya temannya atau mobil yang dia sewa. Lebih baik kita pulang sekarang. Lihatlah, la
kita berkeliling
tegas. "Kaki ku sudah p
ndengus
a. "Kalau kamu tidak mau pulang,
tika melanjutkan
ngg
langkahnya. "Kau tidak usah
alan raya. Pandangannya sangat fokus melihat ke depan. Siapa lagi ka
menjulang tinggi. Beberapa penjaga rumah nam
lang, cepat b
den masuk dengan angkuhnya melewati beberapa pen
plontos segera membukakan
a sangat dingin melihat anak b
pulang," ucap pr
rang yang
tuan," jawab
patu bermerk menapaki marmer mengkilap sehingga meng
untuk mengurus semua keperluannya n
wanita paruh baya yang sudah cuk
long buatkan kopi seperti bi
uan sudah
h!" pint
ndengus
ekat di tubuhnya, tanpa risih sedikitpun lan