A Cold Hearted Man
an tangan yang tadi sibuk menarik lengannya, agak terasa sakit men
kotor dan cukup nyaman. Ruangan dengan ukuran 5x4 meter mungkin, ber
nekin peraga skeleton y
anya, ia mencoba menutup pintu ruangan tersebut, sedang
g mejanya, dan kotak kecil dengan tutup
kau terluka
kannya penampilan yang saat ini terjadi. Kemeja putihnya sudah jelas hampir sewarna denga
dokter dan bisa mengobati?" sesaat pria tersebut membatu. Ia diam dan melihat Lilian dengan dal
.. mengganggu d
un tegas. Lilian merasa seperti ada yang memerin
n dokter, untuk kali ini ia akan mencoba
nta maaf setelah semua perlak
arik kursi kecil yang berada di ujung ruangan
cukup bidang, wangi manis keluar dari tubuhnya, de
un ini versi jelas dan dekat. Tentu saja ia tidak tahu bagaimana harus mere
er, terserahmu. Sek
sudnya apa
a laporkan apa yang kau
angat panas, kau yakin t
harus dibuka kembali. Ia merasakan sebuah jari yang dingin menyentuh lehernya. Tepat di ba
menyentaknya untuk segera sadar. "a..ahh perih..apa kau
." Lalu ia memberikan sebuah salep dan juga kapas kecil yang didepan matanya untuk mendek
" Seketika ia membuka mat
n kembali mengedipkan mata. Entah pura-pura bodoh atau berakt
ik terima kasih kapasn
an mencoba melirik kesekeliling ruangan. Enta
nggalkannya, ia kembali ke meja, mengam
UTUP.. MATA... Entah
PERNAH, ia tidak akan pernah membiarkan dokter te
dela yang terbuka. Lilian mulai membuka blezernya yang juga ikut kotor, l
hmmm" namun tiba-tiba suara pintu terbuka, ia melihat k
s dengan wajah paniknya. Ia saling bertukar pandangan dan merasa bingung. Sedangkan pri
engkap, Lilian kembali merapihkan kemejanya dan kembali menggunakan blezernya. Diluar
rat, ia kemudian sadar ada di balik pintu suara tersebut m
a pintu tersebut terbuka kembali, dan mendapati pria itu hanya mengenakan kemej
di..." Deg, Lilian yakin saa