Luka & Keegoisan
erat daripada yang ia bayangkan, seakan beban masa lalu terus membebaninya, menuntut perhatian, memaksanya untuk kembal
arinya? Kenapa ia tidak bisa benar-benar melepaskannya? Lina berusaha mengusir pertanyaan itu dari pikira
a di kantor terasa asing, meski sudah pernah ia lewati dulu. Ruangan ini tidak berubah-tetap dengan tatanan y
rgabung dengan rapat yang akan dimulai dalam beberapa menit. Lina menghela napas, berusaha untuk mengalihkan pikiranny
k ke arah pintu masuk, ia tidak bisa menghindari perasaan bahwa Elian sedang memperhatikannya dari kejauhan. Meskipun dia tidak terlihat di sana, ra
etik terasa seperti menit, setiap kata yang keluar dari mulut rekan-rekannya terasa seperti beban tambah
a menebak siapa itu. Elian. Tatapan matanya langsung tertuju pada Lina, seolah dia tidak p
belumnya, namun tetap menggema di ruang itu. "Aku
u. Ia ingin menolak, ingin berlari dari situasi ini. Tetapi, tatapan Elian yang tajam dan penuh perhit
uangannya. Tidak lama kemudian, Elian muncul di depan pintu. Ia masuk ta
enuh dengan tekanan. "Kau tidak bisa terus menghindar. Aku sudah
nginkan, Elian?" Ia mengucapkannya dengan suara yang hampir tak terdengar, namun penuh dengan kep
a merasakan udara di sekitarnya semakin panas, seolah seluruh dunia menyempit di an
jawab Elian dengan suara yang lebih rendah.
bencian, kebingungan, dan sedikit kerinduan yang tak ia ingin
membiarkanmu pergi tanpa memberikan kita kesempatan. Kau berhak mend
awah tatapannya. Apakah ini saatnya? Apakah