icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Mungkin Esok Aku Mati

Bab 5 Kejutan

Jumlah Kata:1852    |    Dirilis Pada: 21/01/2025

tkan mereka, tapi kenapa aku yang mendapat kej

Papa sudah ad

gal?" tanyaku, penuh kebi

Papa bertanya balik,

ng meninggal?" a

bisa di sini?" Papa bertanya keras, ta

u Mama. Pengen peluk Sandy. Pengen lih

elukku dengan erat. " Papa, jenazah siapa yang ada di dalam ambulan

bulan. Kini aku sudah berdiri di pintu belakang ambulan, menatap kantung jenazah berwarna hit

kalinya?" tanya Papa dengan s

menung, tak sanggu

ntong jenazah dengan perlahan, dan seketika itu juga jantungku seperti terhenti. Di dalam kantung j

" tanyaku denga

dengan lembut, "Kamu mau peluk

a, dan pandanganku mulai gelap. Tanpa bisa

s-keras, sebelum akhir

*

terbangun dengan napas terengah-engah, tubuhku gemetar. Tangisan yang tak

Bi Ikah menawarkan

erisak, rasanya seperti dunia i

Zara," jawab Bi I

dalam waktu lima bulan?" aku mengeluh, tid

r," Bi Ikah menc

nawarkan. Aku meneguk sedikit, kemudian menar

a di mana?" tanyaku pelan, mes

i rumah duka dekat rumah sakit Bayu As

elan, tubuhku te

ndi. Bi nanti minta Rey pulang dulu," ka

, kopernya masih ad

awab Bi Ikah sambil menunjuk koper kecil di samping tem

enar menjaga semuanya dengan penuh perhatian. Aku menghela napas, kemudian berjalan menuju lemari pakaian. Pakaian-pakaian lama masih tertata rap

ampu memang sengaja dimatikan. Saat melangkah menuju ruang tengah, mataku menangkap sesuatu da

anggilk

hut Bi Ikah dar

ah, tetapi ketika aku melihat l

na kelelahan, aku mulai berhalusinasi. Lalu,

siapa itu?" tanyaku, mencoba

siapa di rumah, Za

ihat berarti," katak

datang. Mau pergi sekara

bku, mencoba me

Jupri, supir kami, sudah me

*

ui pikiranku. Sesampainya di rumah duka, aku melihat banyak orang berkumpul-keluarga besar dan teman-teman sekolah Sandy. Kehadiranku membuat beberapa dari mereka

tepat untuk berdebat. Apa mereka tidak berpikir? Kakak mana yang tidak ingin meneman

yang indah berwarna biru langit, seperti warna kesukaannya. Aku mendekat, menatap wajahnya untuk terakhi

memeluk peti matinya. "Kakak sayang

baring selamanya. Aku pun ikut serta, mengikuti semua prosesi pemakaman, dan berkunjung ke maka

n reaksi Mama ketika ia bangun nanti. Bagaimana dia harus

. Hanya Bi Ikah yang kuizinkan masuk untuk mengan

r. Siapa sangka, dua tahun lalu kami masih terlihat bahagia, liburan bersama.

ada bayangan hitam berdiri di belakangku-terpantul di kaca lemari yang ada di

di ponselku yang menunjukkan pukul 11 malam. Lalu a

*

a

a

ilku dari luar kamar. Aku bangkit dari

a

. Kulangkahkan kaki menuju dapur,

a

ok yang sedang berdiri

cap sosok

bahwa suaranya mir

kejut. Sosok itu perlah

lahan membalikkan tubuhnya, wajah yang dulu sangat kukenal mulai terlihat samar

g?" suara Marcell terdengar lirih, sepert

h... kamu sudah meninggal, Marcell. Aku..." aku tak bisa melanjutkan

ak bisa pergi. Aku enggak bisa tenang kalau kamu masih seperti ini." Dia mengangkat tangan,

sinasi? Apakah ini hanya mimpi yang sangat nyata? "Marcell, kamu... kamu bukan dia. Kamu enggak bisa ja

kami semua ingin kamu bahagia. Kami enggak bisa beristirahat tenang kalau

itu perlahan menghilang, seperti kabut yang tertiup angin. Aku berdiri di tempat, tubuhku terasa kaku d

gelap semakin terasa mengerikan. Aku berlari, kaki-kakiku seakan tak mampu menggerakkan tubuh ini lebih cepat. S

Suara Bi Ikah terdengar di belaka

ng kulihat. Melainkan sosok yang jauh

percaya, memandang sosok

mu selalu kayak gini? Kamu harus bangkit, Kak. Aku... aku enggak mau kamu terus

i tengah lorong yang terasa semakin panjang. Semua rasa sakit yang sudah terkubur dalam hatiku

cuma mau kamu bahagia. Kamu harus kuat. Kalau kamu terus terpuruk, k

aku enggak tahu bagaimana lagi... aku enggak bisa hidup tanpa kal

enggak bisa berdiri untuk diri sendiri, coba berdiri untuk M

eskipun aku tahu bahwa tangannya tidak benar-benar ada. Itu hanya bayangan-ba

berharap kata-kataku bisa sampai kepadanya, mes

but. Kemudian, ia mulai menghilang, semakin jauh,

aku harus berusaha lebih kuat. Aku tidak bisa membiarkan kenangan itu menghantuiku selama

rang, seperti jalan baru yang terbuka. Tanpa sadar, ak

an mata khawatir. "Zar

at. "Iya, Bi. Aku... aku baik-baik saja." Aku menco

Kamu baru saja terlihat seperti

Aku... aku hanya butuh waktu,

menatapku, kemudian dengan lembut, ia berka

enempuh perjalanan ini sendirian. Aku harus belajar menerima kenyataan, bahwa hi

l. Sekarang, aku hanya perlu

SAM

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka