icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Mungkin Esok Aku Mati

Bab 2 Mama

Jumlah Kata:1144    |    Dirilis Pada: 21/01/2025

iku. Namun, seperti biasa, tidak ada satu pun respons. Pesan-pesan yang ku kirimkan juga tetap hanya tercatat d

rtanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku tanpa henti. Aku ingin sekali menghubungi Papa, namun rasa takut mencegahku. A

Pagi harinya, aku kembali mencoba menghubungi Mama. Namun, tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba menghubungi Marcell dan Sandy, berharap mereka bisa memberiku kab

a yang hilang. Setiap kali aku memikirkan rumah, aku merasa semakin jauh dari mereka. Setiap panggilan telepon atau video

meriksanya sejenak, lalu kulihat nama yang muncul di layar: Sandy. Aneh sekali. Biasanya,

ut. Aku memilih tempat yang lebih tenang, di bawah pohon besar yang sudah mulai menggugurkan daun-daunnya. Aku d

a sa

kab

Aku terus membaca pesan-pesan berikutnya, yang berisi permintaan maaf dari Mama. Ra

Papa, nggak tahu disimpen di mana. Papa juga ngelar

begini, Mama? Ad

sa terkejut. Kenapa tiba-tiba Papa begitu marah? Apa yang terjadi pada

a ngerti banget Papa kamu lagi pu

ng ke

utang. Bisa jadi sebentar lagi, kita terpaksa pindah dari ru

ah mendengar tentang masalah hutang ini sebelumnya. Usaha mebel Papa, yang selama ini ter

? Papa kan bukan orang b

rekan bisnisnya, ya

h, Mama. Daripada nanti jadi beban buat Papa

cari pinjaman dari temen deketnya, biar bisa ng

a seneng-seneng di atas pe

gala urusan dan usaha Papa lancar. B

dihadapi. Mama bertanya tentang kehidupan kampusku, tentang teman-teman baru yang kutemui, dan pria yang sempat dek

bicara lancar menyapaku dengan ceria, dan Sandy yang lebih pendiam hanya tersenyum. Aku merindukan mereka begitu banyak. Rasanya ingin memeluk mereka era

ara musim gugur yang dingin menyentuh kulit, dan entah mengapa, saat aku menyentuh salah satu daun yang sudah berwarna kecoklatan, pera

ata. Sesuatu yang sangat berharga. Aku merindukan Mama, merindukan rumah, dan bahkan merindukan Papa meskipun di

rutinitas kuliah dengan semangat, tetapi tetap saja pikiranku terpecah. Semua yang terjadi di ruma

lu berkata bahwa semuanya baik-baik saja, meskipun aku tahu ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mereka hadapi. Mama jug

sa ada yang tidak beres. Begitu aku bangun dari tempat tidur, perasaan itu semakin menekan. Aku men

kota Bonn yang sunyi di sore hari terasa damai. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terganggu ketika ponselku berbunyi. N

dan suara Marcell yang p

ra Marcell terputus-putus

up kencang. "Kenapa, San? A

k." Suara Marce

" tanyaku d

ngan terbata-bata, "Badan Mama

telah itu, gambar Mama yang terbaring lemah di tempat tidur muncul di lay

arcell lagi, "Cell, ka

nya menjawab, "Ma

untuk sementara mengoleskan bedak dingin ke tubuh Mama. Aku tahu, itu mungkin han

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka