Hasrat Liar Darah Muda
lan, tak sanggup lagi menolak godaan yang begitu kuat. Kulihat senyum kemenangan terukir jelas
arfum yang familiar. Vaginaku terasa penuh dan nikmat saat penisnya menghantam dari belakang, posisiku merangkak, memberikan akses penuh padanya. Gaya ini memang favoritku, aku bisa mer
s pinggulku, menarikku semakin merapat ke tubuhnya. Gigitannya di leh
inggi seiring dengan gelombang kenikmatan yang semakin dekat. Setia
-sela desahannya yang berat. Kata-katanya kotor namun terdengar begitu seksi di
ksnya. Padahal, aku masih ingin merasakan lebih, ingin menikmati setiap sentuhan, setiap gesekan, setiap
apasku tercekat. Aku ingin merasakan cairannya di luar
Aku ambruk di kasur, napasku tersengal-sengal, seluruh tubuhku bergetar hebat. Kudengar Jimmy mendesah panjang, suara kepuasan yang terdengar begi
ya sambil ikut merebahkan diri di sampingku, napasnya juga
"Sialan kamu, Jim! Aku belum puas,
OV L
ratku sejak pagi. Bra yang sejak tadi menyiksa, akhirnya menyerah. Payudaraku yang sensitif menggeliat bebas, seperti burung lepas da
ut tebal langsung kuraih, menariknya hingga menutupi hampir seluruh tubuhku, menyisakan sedikit ruang untuk udara. Mata kupejamk
ya lebih tegas dengan garis rahang yang jelas. Senyum jahilnya masih sama, tapi sekarang ada semburat nakal yang membuat jantungku berdebar lebih kencang. Tubuhnya... ah, jangan lupakan tubuhnya. Tera
uk tubuhku. Bibirnya... dulu sering mengejekku dengan panggilan-panggilan aneh. Sekarang, bibir itu tampak lebih penuh, lebih menggoda. Aku penasaran bagaimana rasanya d
eredam gejolak yang tiba-tiba muncul. Refleks, tanganku terangkat, menyentuh puting susuku sendiri. Kulit di sekitar puting terasa lebih tegang, lebih sensitif dari biasanya. De
eluncur begitu saja dari bibirku. Sua
menjalar ke seluruh sarafku. Sementara itu, tangan kananku bergerak turun, mengelus perutku yang terasa sedikit menegang. Sentuh
di sentuhan pertamaku. Aku menyentuh bibir vaginaku yang terasa membengkak, berdenyut lembut. Sentuhan itu terasa begitu intim, begitu pers
ar dari dadaku. Aku terus membelai diriku sendiri, meniru sentuhan yang kubayangkan dilakukan oleh Firhan. Jemariku menari-nari di antara
h sentuhan tangannya yang hangat dan kuat. Setiap desahan yang keluar dari bibirku, kubayangkan adalah erangan nikmat saat bersamanya. Ba
anjang. Kenikmatan itu semakin memuncak, semakin tak tertahankan. Tiba-tiba, sensasi itu meledak. Orgasme dahsyat menghantamku seperti gelombang tsunami. Selu
uhi oleh bayang-bayang Firhan. Malam ini, dia telah menemaniku dalam puncak kenikmatan pribadi. Senyum kecil tersungging di bibirku. Akh
V Fi
ntah tentang apa. Tapi ada sensasi nyata yang langsung menghajarku kembali ke alam sadar. Beban ringan di kakiku, dan sentuhan... ya Tuhan
tungku berpacu liar. Seorang wanita, telanjang bulat tanpa sehelai benang pun, berlutut di tepi ranjang
g selalu membuatku ingin memeluknya erat, aroma parfumnya yang manis dan memabukkan. Tapi bagaimana bisa dia ada di sini? Di kamar kostku yang