Hasrat Liar Darah Muda
"Ihh mulutmu Lin, selalu deh!" kata Puspita sambil melepaskan bekapan tangannya. Suara tawa kec
edikit rasa malu yang menyelinap. Ucapan Meilani memang blak-blakan, namun entah mengapa tida
i, berisi, dan..." Meilani melanjutkan, sebelum t
ontak kami bertiga menoleh ke arah asal suara. Tern
rah menyala. Rambutnya yang lurus sangat panjang berwarna hitam legam, kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Bisa kur
ntian dengan Lia. Wajah mereka tampak bahagia, se
datang?" Meilani b
emu klien demi bisa datang ke sini,"
ah?" Meilani bertanya
l tertawa renyah, diikuti tawa Meilani. Puspita hanya tersenyum tipis, terlihat lebih pendiam di
anya, sambil menunjuk ke a
elas sama aku dan Puspita,"
dia yah di sekolah?" Lia b
aja yang sekelas, pangling ke
dulu Lia tidak sekelas denganku. Sedangkan Puspita dan Meilani mengenal Lia karena mereka adalah anggota O
ertemu lagi di lain waktu. Entah kenapa, pertemuan singkat ini meninggalkan kesan yang mendalam. Melihat Puspita lagi, setelah sekian lama, membangkitkan kembali perasaan yang dulu kupendam rapa
Meilani dengan senyum ramahnya. "Kita bertiga sering k
yadari implikasinya. "Aku belum punya
, polos banget sih kamu, Han!" cel
asih asyik berbincang di luar gedung. Lia berpamitan duluan, meluncur pergi dengan mobilnya sendiri. Tak lama, sebuah mobil sedan berhenti di dekat Puspita dan Meilani. Seorang pria keluar, meng
rap bisa bertemu dengannya lagi, tapi pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan. Apakah dia sudah punya pacar? Atau bahkan sudah menikah? Entah kenapa, pikiranku melayang pada anggapan umum bahwa wanita berhijab biasa
Meil
ap gesekannya di dinding vaginaku adalah gelombang kenikmatan yang menghantam tanpa ampun. Napasnya memburu di telingaku, aroma maskulinnya bercampur dengan aroma keringat dan gairah, memabukkanku sepenuhnya. Tangannya yang kekar, kasar namun
a Saat Seb
, sebuah janji tersembunyi yang membuat perutku terasa geli. Dan benar saja, di tengah perjalanan, tangannya mulai bermain-main di pahaku. Sentuhan awalnya ringan, seolah tak sengaja, namun lama k
ran panas yang menjalar ke seluruh tubuhku. Nafasku mulai tercekat, jantungku berdegup kencang. Sialan, Jimmy benar-benar tahu persis titik lemahku. Ia memainkannya dengan lihai, sam
a menghentikan aksinya. Tangannya keluar dari celanaku, meninggalkan sensasi menggelitik yang menyiksa, se
bisa kusembunyikan. Suaraku terdengar lebih serak dari b
ya yang sensual. "Kenapa memangnya? Mau dilanj
gejolak hasrat semakin membara. Sentuhan singkatnya tadi hanya ber
. Napasnya yang hangat menerpa telingaku seperti bara api, membakar setiap sel dalam
Ya, Jimmy memang pernah tidur denganku sekali. Saat itu aku sedang terpuruk, baru saja mengakhiri hubungan yang sudah berjalan lama. Bersama mantan, seks adal
i. Bodohnya aku, dulu aku berjanji pada diriku sendiri bahwa itu adalah yang pertama dan terakhir. Namun, hasrat
u. Mobilnya sudah terparkir di depan sebuah gedung apartemen mewah. La