Hasrat Liar Darah Muda
cang dari biasanya. "Fiuhhh..." Aku menghela napas lega, akhirnya sampai juga. Di depan mata berdiri sebuah gedung megah, tempat acara reuni
ikan dengan jari. Semprotan parfum andalan kulayangkan ke badan, berusaha menutupi aroma asap kn
eserta reuni. Di dekat dinding, meja panjang penuh dengan hidangan prasmanan, mengingatkanku pada acara pernikahan. Di ujung ruangan, panggung dengan set alat musik lengkap menjadi p
asikan acara sudah berlangsung cukup lama. Aku yakin ini sesi terakhir, s
insting. Insting manusia yang entah bagaimana bisa merasakan sorot mata orang lain, mirip adegan di
il bercengkrama dengan gelas minuman di tangan, sesekali pecah tawa bersama. Di tengah pengamatan, mataku menangk
anan, selalu bersama sejak hari pertama masuk sekolah hingga akhirnya lulus. Istirahat berdua, ke perpustakaan berdua, bukan karena kami anti sosial, tapi lebih karena lingkungan yang seolah mengotak-kotakkan kami. Setiap berpapasan dengan anak-anak lain, tatap
nghubungiku, membujukku untuk datang
aha menetralkan kegugupan
neliti penampilanku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Cukup la
erlontar dari bibirnya, terden
awaban. Detik berikutnya, Aksan sud
i!" serunya, kemudian menarikku ke dalam peluka
n. Bagaimana kabarmu?" tanyaku
abnya sambil tertawa kecil. "Kamu yang berubah drastis. Bahkan s
asku sambil terkekeh. "Aku sud
g berbeda, pekerjaan yang kini kami geluti, hingga tempat tinggal masing-masing. Aku membiarkan Aksan menikmati makanan
n. Mau tidak mau, aku harus melewati gerombolan teman-teman lain ya
is. Tatapan itu lagi. Tatapan penuh tanya, seolah bertanya-tanya siapa gerangan orang asing yang melintas di h
sekolah, yang dikagumi banyak orang karena paras menawan.
ama itu terlintas be
kini berhijab, wajah imut dan cantiknya tidak banyak berubah. Masih s
ulu setiap kali dia memergokiku sedang mencuri pandang, dia akan membalasnya dengan senyuman manis. Senyuman yang bisa membuat jantung berdebar kencang dan lutut lemas. Saking gugupnya, pernah sekali aku
rha
gerutuku dalam hati. Aku tidak salah dengar, kan? Dia barusan memanggil namaku. Di saat hampir semua orang di sin
ugup, berusaha menyem
pita lagi, sambil mengulurka
n tangannya. Sentuhan yang te
mu bagaimana?" balasku,
"Tumben kamu datang? Biasanya tidak pernah kelihatan di acara
umpul-kumpul selalu mencariku? Tidak m
ndah ke kota sebelah. Jadi, tidak perna
." Puspita mengang
n bodoh itu terlontar begitu saja. A
n hal itu. Tentu saja dia ingat, kami sekelas selama tiga tahun SMP. Namun, kegugupa
waktu dulu, persis yang kamu lakukan tadi," kem
terasa panas. Apakah dia menyadari tatapanku yang dulu selalu menc
asih mengingatku, apalagi detail kecil seperti tatapanku. Aku yang dulu cupu, dengan kacamata tebal dan gaya berpakaian yang kurang modis, masih diingat oleh Puspita. Bahka
ara memanggil dari
eka tetap dekat. Biasanya persahabatan sesama cewek tidak bertahan lama. Meilani adalah wanita yang menarik. Tinggi badannya tidak lebih tinggi dari Puspita, namun posturnya leb
dengan .... eh dia siapa?" Meilani bertanya, sambil berbisik ke Puspita. Matanya m
?" Puspita menjawab, menc
, khas orang yang sedang menelusuri ingatan masa l
tang, tepat saat pergantian lagu. Reflek saja, semua orang di ruangan itu menoleh k