Hasrat Liar Darah Muda
iinnnnnnnnnnnn
sedang melayang entah ke mana-kembali menjejak realitas. Panik, aku menoleh ke belakang. Barisan kendaraan berderet sep
diri gagah tak bergerak di barisan paling depan lampu merah. Lampu hijau sudah lama menyala, tapi aku mala
rang-orang di belakang pasti sudah mendampratku dalam ha
elan, tentu saja mereka
" itu penting, karena aku masih dalam masa percobaan tiga bulan. Kalau masa percobaan ini gagal, tamat
g bilang mukaku ganteng, ada yang bilang manis, dan ada juga yang bilang sangar. Entah kenapa, aku curiga mereka yan
Tapi baru kali ini aku punya cukup keberanian untuk datang. Mungkin karena sekarang aku sudah jadi Firhan yang berbeda. Dulu, di masa SMP, a
ah bertahun-tahun jadi anak rantau karena ikut ibuku pindah, akhirnya aku k
h, kata-kata itu seperti tercecer
pa sih yang mau masuk gedung sambil diliatin semua orang? Tarikan gas motorku semakin
a menyalip dengan kecepatan rudal, membuatku refle
kamu harus berjibaku dengan kendaraan seperti ini. Ditambah jalan berlubang dan lampu lalu lintas yang kayaknya cuma pajangan. Lucunya, tiap tahun
kejauhan. Tinggal satu sandungan bernama lampu merah lagi, dan gerbang dimensi waktu y
u berdenyut, seperti jantung alien yang sekarat, perlahan-lahan mengempis. Setiap detaknya menggerogoti ukuran lingkaran itu, dan di tengahnya, angka-angka sisa waktu berkedip-kedip. Inovasi Dinas Perhubu
as kutekan lebih dalam, mengirimkan getaran kecil ke seluruh tubuh. Aroma knalpot motorku bercampur dengan aroma kopi dari warung di pinggir jal
mbawa buku tebal ke mana-mana? Mampukah aku mengingat semua nama yang pernah menghiasi buku tahunan sekolah? Yang lebih menakutkan, apakah mereka masih mengingat si 'aku' yang dulu? Bisakah aku menyatu kembali dengan gerombolan masa lalu itu? Mungkinkah mereka menerima 'aku' yang sekarang? Atau jang
i, Bambang! Bukan audisi pencarian jodoh!" Aku mencoba mengaktifkan mode 'bodo amat' level dewa. Apapun yang terjadi setelah lampu merah ini, kuter
eradaptasi dengan spesies baru di tempat magang. Dua hari berturut-turut ini akan menjadi debutku di panggung kehidupan yang baru. Semo
eh sebagian besar pengendara di negeri ini. Detik berikutnya, warna merah membara mendominasi layar, sebuah titah tak tertulis yang memaksa semua roda berhenti berputar. Waktu seolah melambat, seperti adegan sl
yataan seringkali punya selera humor yang kejam. Kulihat posisi motorku masih beberapa mete
ah lapar. Tanggung! Dengan mental preman pasar yang ogah rugi, aku semakin memelintir ga
penuh, layaknya roket nyasar yang lupa tujuan. Pengendara motor itu, seorang bapak-bapak dengan jaket ojek onlin
IIIIINNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN