Bunga Matahari Milik Amora
menangis, senyumnya selalu merekah. Bukan harta benda yang membuat Amora bahagia, melainkan kasih sayang t
jalani semuanya dengan penuh kesabaran. Di tengah kesedihan kehilangan sang istri, ia menemuk
*
sabar ingin segera menggendong putrinya. Tak lama kemudian, muncullah sosok mungil dengan rambut dikepang dua dan ta
Ayah yang selalu melindungi Amora!" ujarnya sambil menunjuk gambar beruang terbesar. "Ini Bunda, cantik sekali, rambutnya panjang dan berkilau," lanjutnya, menunju
ngambil kertas itu, matanya tertuju pada coretan-coretan berwarna yang penuh makna. "W
a menatap gambar beruang yang melambangkan ibunya dengan tatapan kosong, seolah mencari sosok yang t
enatap Galuh dengan penuh harap. Galuh mengusap lembut rambut putrinya. Bagaimana mungkin ia bisa menjelas
aluh, berusaha mengalihkan perhatian putrinya. Hatinya mencelos mendengar pertanyaan polos Amora.
nar-binar, menunjuk es krim di etalase. Wajahnya merekah b
ngat, matanya berbinar-binar. Ia sudah tidak sabar ingin me
balik senyum itu, Galuh memendam beban pikiran yang cukup berat. Ia memikirkan bagaimana caranya memberikan Amora kehidupan
enyambutnya dengan hangat. Di rumah, Amora selalu dikelilingi oleh kasih sayang. Neneknya yang menya
Amora. Mata bulatnya berkilau penuh rasa ingin tahu. Amora pun mulai bercerit
ecilnya. Dengan penuh semangat, ia mengeluarkan sebuah kertas gambar yang dipenuhi coretan war
bergetar. Ia menatap gambar tiga beruang itu dengan sedih, lalu memeluknya erat-erat. "Amora sayang Bunda," gumamnya
bar ini," ucap Galuh lembut, sambil mengusap lembut rambut Amora. Matanya berkaca-kaca, berusaha menyembunyika
Bi Inah. Meski sudah besar, Amora masih suka dibantu Bi Inah saat mengganti baju. Bi Inah tahu betul kalau
"Apa kamu nggak kasian liat Amora? Dia juga butuh sosok ibu. Sudah lama kita menyarankan kamu untuk menikah lagi."
jahnya, menghindari tatapan penuh harap dari ibunya. "Lagipula, Amora juga nggak mempermasala
u bahas gambar itu?" tanya Maya dengan nada kecewa. Ia menggelengkan kepala, tidak
indari tatapan ibunya. "Aku juga butuh waktu buat bisa menerima kenyataan ini.
ini juga buat kepentingan Amora. Lagian Kinan juga meninggal udah lewat lima tahun yang lalu. Kapan k
liat kehidupan kami yang lagi banyak masalah dan berakhir Kinan yang ngalah!" bentak Galuh, wajahnya memerah pa
bisnis Papa. Kinan itu segalanya, Ma," suaranya meredam, kemudian sunyi. Galuh membuktikan cinta yang sejati pad
as, lalu berbalik dan melangkah pergi. Ia meninggalkan Galuh yang
lebih baik. Hanya saja semua orang tidak tahu bahwa begitu berat bagi Galuh untuk merelakan tempat istimewa Kinan untuk wanita lain. Galuh paham dia juga
s kecil itu berlari menghampiri ayahnya, sambil mengangkat kedua tangannya ke
, sayang?" kata Galuh, suaranya lembut. Rasa bersalah menyeruak dalam hatinya. Terlalu lama Galuh
tentu membuat Galuh gemas. Dia tertawa melihat Amora yang penuh tepung. Gadis kecil itu selalu bertingkah ingin
kue," kata Galuh sambil membersihkan tepung di pipi Amora. Gadis kec
nya tumpah semua ke badan Amora." Kata Amora dengan nada sedikit kesal. Gadis kecil it
Terkadang adanya Galuh tidak terlalu menarik bagi Kinan untuk dimintai bantuan, Kinan lebih suka mandiri. Sifat
cak rambut Amora. Gadis kecil itu mengangguk antusias. Momen
ningnya. Ia menatap Galuh dengan tatapan ragu. Gadis kecil itu
h sambil mencubit gemas hidung Amora. Mata mereka bertemu, saling melempar seny
ng juga berperan sebagai ibu, tahu betul bagaimana cara membuat putrinya ceria. Dengan sedi
l melonjak kegirangan. Hidungnya mencium aroma manis kue yang
Amora menaburkan coklat chip secara acak di atas permukaan kue, menciptakan pola yang unik dan penuh warna. Melihat putrinya begitu bersemangat, Galuh tersenyum lembut. Ia teringat
ang. Dengan kuncir dua di rambutnya, Amora tampak menggemaskan sekali. Mereka berdua lalu duduk di kursi teras