Tuan, Kau Menghanyutkanku
se terbangun
. Dengan cekatan, dia mulai membereskan rumah yang berantakan, mengangkat kursi yang terbalik, dan menyapu pecahan kac
dan ayahnya. Sambil bekerja, pikirannya terusik oleh perintah Eddie semalam. Mendekati Reiner?
ngan rambut yang belum tersisi
n dulu sebelum kita berangkat." Elise m
a dengan nada polos, suaranya mas
an diri menyapu sudut ruangan yang belu
Lily, menuju pintu depan. Namun sebelum sempat
lise menghentikan langkah, m
ik usul ayah semalam." Suaran
pa yang terbaik untuk kita semua," jawabnya
dak menahan Elise lebih lama. Dengan c
ya sendiri, sementara Lily sesekali menendang kerikil kecil di jalan. Gadis kecil it
akak selalu te
alu merunduk sedikit aga
nyak yang harus dikerjakan," jawabnya lemb
y menambahkan, ekspresi wajahnya serius.
"Kakak suka selama ada kamu di rumah. Kakak ingin kamu t
emudian, mereka tiba di depan gerbang sekolah. Elise berjongkok, mera
angan lupa makan siang," p
baikan tangan. Elise memandangi punggung adiknya hin
h besar yang megah itu berdiri kokoh di tengah-tengah hutan pinus, dengan gerbang besi tinggi
untuk para pelayan. Dia membuka pintu lemari kecil yang dipenuhi seragam pel
putih kecil yang melingkar rapi di pinggang. Lengan gaun itu pendek dan dihiasi pita kecil di bagian ujungnya. Sepasang sepatu hitam datar melengkapi penampilan tersebut.
pelan sambil tersenyum tipis, mencoba mengabaikan perasaan tak n
mengatur sarapan untuk penghuni rumah berhenti sejenak, melirik Elise dari atas hingga bawah. Tatapan m
anita bernama Clara, berbisik
erbeda kalau dia yang memakainya?" ta
t bahu. "Mungkin karena dia masih baru. Atau mungkin dia tahu bagaiman
g Greta yang muncul diantara mereka berdua.
ih untuk tetap fokus pada tugasnya. Dia membawa nampan beris
r. Reiner, yang baru saja turun dari tangga, diam-diam memperhatikan bagaimana Elise bergerak. Tid
an tubuhnya di dinding, tak menyadari bahwa dia sudah men
-
di atas nampan tidak bergoyang terlalu keras. Saat dia mencapai pintu yang megah dengan ukiran kayu khas kolonial
ik sek
gin, dan membuat bulu
trol keterkejutannya. Matanya bertemu dengan tatapan t
g saat dia menyunggingkan senyum penuh arti. "Huh, sialnya kam
ucapannya lirih, kata-kata it
dan melangkah menjauh. Bahunya tegap, gerakannya penuh percay
anya seorang pelayan? Rahangnya mengeras, tapi dia tahu, membalas hanya akan bera." Elise akhirnya melangkah
dingnya dipenuhi rak buku yang menjulang, penuh dengan koleksi yang tampak antik dan mahal. Sebuah meja besar di tengah
untuk Anda, Tuan," kat
Lelaki tua itu sedang duduk di kursi goyang, bersan
di atas meja dengan hati-hati. Namun sebelum di
?" tanyanya, kali ini deng
dah, Tuan. Saya sarapan di
. Kema
a ke meja kecil di sebelahnya. Tatapannya yang
?" tanyanya dengan sopan, mendeka
uk melayaniku," ucap Abraham pel
mperhatikan setiap k
gin kamu mem
"Ma-maksud Tuan bagaimana? Maaf... saya kurang
g mungkin tidak akan dia ungkapkan padaku. Aku butuh seseorang yang bisa memastikan semuanya berjalan
gungan dan kekhawatiran. "Baik, Tuan," jawabnya singkat,
nyum kecil, tapi sorot
berat. Di luar, udara terasa lebih dingin, atau mungkin itu hanya perasaanny
h ada pelayan yang mengurusnya?" gumamnya pelan. Namun, dia t
-