Tuan, Kau Menghanyutkanku
langit-langit yang berderak pelan saat angin dari luar menyentuhnya. Reiner duduk di meja kayu pa
Rasa kesal masih tertinggal di bibirnya, namun dia tidak peduli. Semua itu akan berlalu, s
ng sederhana, namun kuat. Tidak ada keramahtamahan yang disampaikan melalui kata-kata, hanya seutas sapaan
atiannya. Reiner tahu bahwa dia tidak akan pernah berbicara duluan, dan Elise, seperti b
gan suara lembut, meskipun matanya tid
tuju pada gerak-geriknya. Tidak ada reaksi apapun dari dirinya-hanya sebuah pandangan ta
raham. Namun, sepertinya Reiner tidak pernah benar-benar memalingkan wajahnya dari wanita itu. Ada ket
a di rumah mewah ini? Sementara sebagian besar pelayan hanya bertahan beberapa hari
"Di mana kakek menemukanmu?" Suaranya datar,
wajahnya sedikit memucat. Pekerjaan sebagai pelayan di keluarga Barack memang bukanlah hal yang biasa, dan tahu
datang menemuiku,"
ian yang terpendam. Reiner hanya seorang pria muda yang t
an sikap kakekku. Kebanyakan hany
ahu," jawab Elise, suaranya tetap tenang. "T
yang tajam memandang ke arah Elise dengan cara yang tidak
apur dengan matanya yang tajam. Ketika Elise kembali bergerak, la
tar namun penuh penekanan. "Terima kasih sudah
tiba-tiba semuanya terasa seperti beban di bahunya. Dia ingat ketika harus berhadapan dengan
njutkan langkahnya. Tetapi sebelum ia pergi, kata-kata Reiner kembali terngia
jut Reiner, dengan nada yang semakin din
an terima kasih itu-seperti sesuatu yang diucapkan hanya sekadar formalitas
r melanjutkan kalimat
ipun tetap dengan ekspresi yang tak berubah. "Tapi aku rasa itu lebih karena k
but. Apa yang dia maksud dengan itu? Tapi, dia tidak membalas. Hanya ters
hnya. Ada yang tidak beres, pikirnya. Ada sesuatu di balik ketenangan Elise yang membuatnya ter
ada sesuatu yang menyentuhnya secara tidak sadar. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan
ak di dalam dirinya. Ada rasa ketertarikan, namun lebih dari itu, ada rasa penasaran yang menyelubungi pik
ndangi wajah Elise yang menghilang ke lorong. Entah kenapa, dia merasa ada sesua
*