Tuan, Kau Menghanyutkanku
a terpahat di tengahnya dijaga ketat oleh dua petugas keamanan, sementara kamera tersembunyi memantau setiap sudut. Para pelayan berlalu-lalang di lorong marm
panjang yang dipenuhi peralatan porselen mahal. Di salah satu ujung meja, Nyonya B
enyipit menatap putranya. "Kau kabur dari pesta tanpa pemberitahuan, meninggalkan Ev
tetap memancarkan aura elegan, hanya mengangkat bahu. "Eva baik-baik s
argamu? Eva adalah wanita yang cocok untukmu. Cantik, berpendidikan, dan berasa
stri pilihanmu, Ibu. Jika kau ingin menambah koleksi porselen di rumah ini, mungkin Eva bisa kau jadikan salah s
ggi, membuat para pelayan yang berd
h baya itu memiliki karisma yang tenang, dengan rambut yang mulai memutih di p
bra melirik suaminya dengan gusar. "Li
ra roda kursi berdecit lembut di
arack, kakek Reiner, mengisi ruangan. Pria tua itu didorong masuk oleh seorang pel
menangkap sosok di belakang kursi roda. Seorang wanita muda, berpakaian pelayan,
ngamati setiap detail wajah wanita itu, seolah ingin memastikan bahwa ia tidak salah lihat. Elise, yang meraan pandangannya. Ia melangkah mundur, membiarka
gan sedikit rasa penasaran bercampur ketidaksukaan. W
ku mulai hari ini. Gadis ini bekerja keras dan jujur. Aku
alkan dia tahu aturan di sini.
a mengenal Elise, meskipun pikirannya penuh dengan pertanyaan. Elise, di sisi lain, berusaha menjaga si
mulai terbentuk di udara, men
*
nya tersaji dengan rapi. Tangan Elise bergerak terampil, menuangkan teh ke dalam cangkir Tuan Abraham dengan gerakan lembut namun pasti. Ia bekerja dengan kesun
m diri Elise yang membuatnya terkesan, meski ia tidak mengerti apa itu. Mungkin hanya rasa kagum, atau mungkin lebih dari itu, tapi ia tak ingin mengakuinya.
kukan Tuan Abraham. Wanita itu tidak berbicara, tidak berani membuat kesan salah, hanya mengikuti instruksi dengan penuh kesabaran. Setiap gerakannya tampak
pkan. "Aku benar-benar malu dengan dirimu, Reiner! Pesta itu hampir hancur karena kelakuanm
alu begitu saja tanpa digubris. Ia terlalu sibuk mengamati Elise, yang kini sedang menyajikan sepotong roti kepada kakeknya dengan hati-hati. Elise bergerak
bilang, kau seharusnya lebih menghargai kesempatan ini! Eva adalah calon istri ya
, tetapi hanya untuk sekilas. Ia menjawab dengan suara datar, "Ibu, aku
erkata begitu? Apa kau tidak bisa sedikit memikirkan masa depan kit
saat meletakkan piring di depan Tuan Abraham. Gerakannya begitu halus, seakan dia sudah menguasai seni melayani dengan sempurna. Reiner memperhatika
g masih terlihat terfokus pada Elise. "Apa kau tidak aka
gi Elise. Ia menatap kakeknya dengan canggung. "Oh, tidak perlu. Dia hanya
skipun ia berusaha untuk tidak menunjukkan kegugupan di wajahnya. Hanya tub
kembali menyela. "Reiner, kau harus memikirkan lebih banyak hal! Kami bukan han
pun matanya masih sesekali mencuri pandang ke arah Eli
bih cepat. Ia tahu bahwa hubungan antara dirinya dan keluarga Barack hanyalah hubungan pelayan dan majikan. Tetapi, a
*