Tuan, Kau Menghanyutkanku
nti di depan rumah yang sederhana namun sedikit kumuh, Reiner menatap bangunan itu sekilas dari dalam mobil. Tidak ada yang ter
huan yang tumbuh. Dengan sedikit ragu, dia mengikuti Elise keluar dari mobil dan berjalan mengikutinya ke pintu ruma
rang yang berserakan di lantai. Ruangan yang seharusnya menjadi ruang tamu tampak kosong, hanya berisi kursi
rumah. Reiner menegang. Elise, yang tadinya tampak tenang
di?" Elise bertanya,hi amarah. Dia memegang sebuah pisau besar yang mengkilat, mengarahkannya ke arah Elise. Di belakangnya, seo
m rumah, menyaksikan situasi yang jelas-jelas tidak menguntungkan. Sebelum orang itu sempat menyen
r dengan suara dingin, mat
begitu cepat. Ia merenggut pisau itu sedikit, lalu mengara
pisau itu dengan tangan kosong, membuat pria tersebut kehilangan keseimbangan. Dalam se
endah namun penuh kekuatan. "Jan
mah, meninggalkan Elise, ayahnya, dan adiknya yang terpojok dengan ketak
mping ayah dan adiknya, memegang tangan mereka dengan cemas. Reiner bisa melihatg terucap darinya. Hanya keheningan yang mengisi udara. Sesaat, Reiner mera
ke arah keluarganya. "Kalian baik-
orongan sebelumnya, mengangguk lemah. "Terima kasih, Nak," ujar
apapun, ada rasa puas dalam dirinya. Baginya, kejadian ini hanya sebuah kejadian biasa. Namun
hadapan keluarganya. Reiner yang merasa sedikit tak nyaman, memutuska
, Elise berteriak pelan, "
n daripada tanda terima kasih. Dia melangkah keluar dari rumah yang penuh dengan kenangan kelam i
n di lengan Reiner. Sebelum Reine
gu, T
mungkin menahan rasa perih pada leng
Tuan. Biarkan s
urus saja dulu ke
ayahnya masih terduduk saling menguatkan di sana. Kemudian, E
dalam mobil. Ketika Elise membungkukkan ba
*