Hati yang Kau Sakiti
ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya, s
ur menyentuh bahu ibunya yang bergetar hebat. "Ma, tena
ngnya, Arga, yang sudah ada di hadapannya. "Adikmu, Arka, dia sudah
D
Arga segera menoleh ke arah Arka yang masih berdiri di
yang sudah menatapnya dengan nyalang. "Iya
selama ini ia anggap sebagai pria yang bertanggung jawab, bisa melakukan hal sekeji ini. Ia
ug
u mengkhianati Kiran, apa yang ada dalam otakmu ini, hah?" sergah Arga, yang terus mendaratkan tinju d
ug
dilayangkan Arga, menggambarkan kekecewaan yang mendalam. Arka sudah terkulai lemas di
terus memukul Arka. Maria, yang sudah tidak tahan
menyesal. Aku hanya ingin memperbaikinya
ia masih terus melayangk
ug
? Kamu pikir dengan mengatakan kamu menyesal akan memp
ug
. Entah sudah berapa banyak pukulan yang mendarat di tubuh Arka,
Maria sekali lagi, kali
h menyala dengan kemarahan. Ia melihat Arka yang sudah tak berdamenahan emosinya, ia lalu menatap ibunya dengan mata yang ber
wa dan marah, tapi kekerasan tidak akan menyelesaikan a
rdiam, hatinya hancur melihat keluarga
"Kiran, aku minta maaf. Aku tidak tahu mengapa aku m
erkulai lemas di lantai. "Aku hanya ingin semuanya berakhir. Ak
i semua ini. Selama ini, Maria begitu menyayangi Kiran, ia sudah menganggap Kiran se
an menantunya itu dengan erat. Wanita paruh baya itu memandangi wajah lusuh Kiran, waja
adi ibu yang baik. Mama sudah gagal menjadi seorang ibu. Mama tidak tahu mengapmenyakitkan. Kiran menatap Maria, ia bisa melihat rasa bersalah yang begitu mendalam di mata ibu mertu
gai seorang ibu, Mama merasa gagal. Mama tidak bisa mendidik Arka dengan baik. Mama tidak bisa
kekuatan kepada ibu mertuanya yang sedang dilanda rasa bersalah.
u baik," gumam Maria, suaranya terdengar begitu pedih. "Kamu tidak pantas diperl
ama Arka kini berubah menjadi luka yang mendalam. Kepercayaannya telah dikhianati, dan hatinya hancur berkeping-keping.
Ia memeluk Kiran begitu erat, sambil terus mengelus rambut Kiran. "Sayang, kamu tidak sendiri. Mama di sini unt
ir mata masih terus mengalir, pelukan hangat Maria memberikan se
*
Ia sudah mencoba untuk tidur, tetapi hanya tangis yang keluar dari sudut matanya. Kiran memutuskan untuk tinggal di ruma
perlahan turun dari tempat tidur. Kakinya menapak di lantai yang dingin, tetapi rasa dingin it
r memenuhi ruangan yang sunyi. Setelah air mulai mengisi bathtub tersebut, Kiran merendamkan tubuhnya di dalam bathtub.
engetuk pintu kamar Kiran, tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya, Maria memb
a dengan cemas. Ia meletakkan segelas susu
s. Ketika Maria membuka pintu kamar mandi, ia terkesia
berlari ke arah bathtub dan dengan pan