Hati yang Kau Sakiti
dengan intens. "Kamu bilang tagihan-tagihan itu yang membuatmu pusing, kan? Aku ak
hat Kiran sudah mengangkat balok itu ke arahnya. "Kiran, tenan
k tersebut, dan melayangkannya ke arah Arka. Arka segera menghin
ra
yang pecah menggema di malam yang dingin. Kiran meluapka
an panik ketika Kiran merusak mobil bar
kul mobil Arka menggunakan balok yang ada di tangannya,
yang menancap pada balok tersebut, tetapi Kiran tak menyadari atau mungkin tidak peduli denga
ri belakang untuk menghentikan amukannya. "Kir
uatku merasa lebih baik? Tidak, Arka!" jerit Kiran, s
ik karena Kiran tak bisa diam, tiba-tiba
la
matanya kembali luruh bersamaan deng
uh kebencian. Ini adalah kali pertamanya Arka menampar dirinya dan rasa sakit itu m
ri kesalahan karena telah menampar istr
" ujar Kiran dengan suara berg
D
beberapa kata yang keluar dari mulut istrinya. "Tidak, Kiran. Sampai kapan pu
mencintaiku? Makan tuh cinta!" hardik
iran, tapi Kiran segera menepisnya. "Jangan sentuh aku! Aku jijik disentuh sa
n langsung berbalik dan pergi meni
strinya yang sudah berlalu dari hadapann
jak merah di sepanjang jalan. Sesampainya di mobil, ia membuka pintu dengan kasar dan masuk ke dalam. Wanita itu
ghh .
ug
rasa sakit dan kemarahannya. Ia tidak peduli dengan luka fisi
*
ong! Tin
, seb
terulur meraih gagang pintu, dan saat pintu terbuka tanpa bunyi, ia terkesiap ketika
ke arah darah yang menetes di lantai yang berasal dari tangan Kiran.
Maria segera membimbingnya masuk ke dalam rumah dan menuntunnya ke sofa. "Dudu
segera duduk di samping Kiran, dan mulai mengobati luka tersebut. "Apa yang terjadi,
rka, Ma ... dia sudah berselingkuh," katanya dengan suara
D
tak pernah menyangka bila putranya, Arka, telah
arkan suara lagi, hanya air mata yang berbicara. Hatinya
yang sedari tadi membuntuti ke mana Kiran pergi akhirnya tiba di rumah ibun
intu, lelaki itu melihat istrinya
yang sudah berada di hadapannya. "Arka, jelaska
enggerogoti hatinya. Pikiran dan hatinya kacau balau, tidak tahu bagai
hanya diam?" desak Maria dengan su
anya hampir seperti berbisik. Napasnya terasa beg
pa bisa menahan amarah dan rasa kecewanya, Maria langsung
la
mbil menatap putranya dengan tajam. "Apa kamu tidak memikir
t di pipinya yang masih terasa panas. "Ma, a
nyesalanmu bisa memperbaiki semua ini? Kiran telah memberikan segalanya
u ada, memberikan dukungan dan cinta tanpa syarat. Kiran membantu Arka melewati masa-masa sulit, menopang beban bersama, dan tidak pernah mengeluh. Tapi sekarang, mengetahui bahwa
begitu letih dan penuh penyesalan. Air mata mengalir tanpa henti dari matanya yang sudah merah. "Kenapa bisa begini, Tuhan? Aku menyes
asana di rumah itu begitu hening, hanya terdengar suara i
suk ke dalam rumah. Pria itu adalah Arga Satya Wirasena, anak pertama Maria dan
nti ketika melihat keluarganya dalam keadaan