Pesona Presdir Posesif
ntur jendela seperti mengingatkannya pada kenangan yang pahit, kenangan tentang bagaimana pria yang ia cintai bertahun-tahun, Rio, kini memilih untuk menikahi
ngar serak, hampir tenggelam oleh gemuruh hujan yang beradu dengan langit. "Ken
ya bercahaya kini tampak kosong, suram, dan jauh dari kilau yang dulu pernah ada. Pikirannya melayang kembali pada hari itu-hari ketika Rio melamarkan Nadya
nta yang ia berikan selama bertahun-tahun tak cukup untuk mempertahankan pria itu di sisinya. Mengap
yang biasa ia nikmati bersama Rio dalam suasana santai. Tapi malam ini, tidak ada kebersamaan, hanya kesendirian yaku bisa melupakan semua ini, kan?" pikirnya, mencoba
hujan yang semakin keras hanya menambah rasa kacau dalam dirinya. Dia butuh pelarian,
rkan kesedihannya pergi. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak gelas yang kosong, semakin dalam rasa hampa itu mera
nggu kesendiriannya s
egitu kuat. Tidak seperti kebanyakan pria yang ada di bar itu, dia bukan hanya sekadar tampan-dia seperti sebuah kekuatan yang menahan segala perhatian. Wa
pikirannya. Tanpa berbicara, dia menarik kursi dan duduk di hadapan Adira. Ada kekuatan dalam dirinya yang
mencoba untuk melarikan diri?" suaranya dalam dan tena
rdiam. "Aku tidak ingin berbicara," jawabnya pelan, berusaha untuk menja
u lebih banyak dari yang Adira perkirakan. "Kamu datang ke sini untuk melup
aja kehilangan seseorang yang sangat penting bagiku," katanya, meskipu
pa memperdulikan suasana hati Adira, ia justru lebih dekat lagi, suaranya semakin rendah
dan rasa perih di hati, hanya bisa terdiam. Hatinya bergejolak. Apa yang sed
memengaruhi setiap langkah yang dia ambil. Dalam beberapa detik, semua rasionalitas itu leny
, seolah sudah tidak
r tenggelam dalam kebingungannya. "A
inan-membuat Adira merasakan perasaan yang aneh, sekaligus menakutkan. Sen
u jauh dari yang ia kenal-dunia yang dipenuhi dengan peson