Pesona Presdir Posesif
iap kata yang diucapkan Kian terasa seperti belati yang terus menancap dalam hati dan pikirannya. Ia tahu ia harus memilih, t
tu, pada keputusan bodoh yang ia buat, pada pria yang sudah mengubah segalanya dalam hidupnya. Kian bukan hanya seorang lelaki yang menggoda-dia adalah seseorang yang bisa melihat kedalaman dir
n di sini, lebih lama dari yang kau bayangkan." Kalimat itu kembali terng
awaran yang terasa seperti sebuah ancaman, meski disembunyikan dalam kata-kata halus. Adira merasakan dakut akan apa yang akan terjadi jika ia mencoba untuk melawan permainan Kian. Tidak ada jaminan ia akan selamat. Tidak
uaranya hampir tak terdengar, penuh kebingungan dan kehampaan.
kampus. Semua terasa sepi, sunyi, seperti dunia di luar sana tidak pernah ada. Hanya ada dirinya, d
ebingungan, terlalu banyak rasa takut yang menyelimuti hatinya. Di hadapannya berdiri Kian, wajahnya tak tergoyahkan, dengan tatapan yang s
yang terjadi dalam diri Adira. "Tapi kau harus mengerti. Ini bukan tentang memilih atau tidak. Ini tentang be
ngin berteriak, melawan, tetapi rasa takut itu datang begitu cepat, seolah tak ada jalan keluar dari jebakan ini. Kian tahu cara mengikatny
ngeluarkan kata-kata itu, suaranya serak dan hampir te
ra. Ada jarak yang tipis antara mereka, tetapi dalam jarak itu ada sesuatu yang jauh lebih menakutkan-sebuah koneksi yang tak bisa dij
. "Aku tahu bahwa kau tidak bisa lari dari apa yang kita miliki. Kita terhubung lebih da
tumpah. "Kau salah, Kian," ucapnya dengan suara yang penuh kebingungan
yang terbungkus dalam sebuah permainan. "Kau masih belum mengerti," jawabnya pelan, hampir sepe
api dalam hatinya, ada bagian yang menginginkan Kian-mengharapkan sesuatu yang lebih dari sekadar dunia yang membosankan ini. Ia mengin
yang membakar, meninggalkan jejak panas di kulitnya. "Aku ingin kamu tahu
sesuatu yang jauh lebih gelap. "Apa yang kau inginkan dariku, Kian?" tanyanya dengan suara yang peca
wanita itu. "Aku hanya ingin kamu, Adira. Aku ingin kau menyadari bahwa dunia ini buka
itu dekat, sudah menguasai segala hal dalam dirinya. Ia tahu bahwa ia sudah kehilangan kendali,
ia rasakan-ia sudah jatuh, jauh ke dalam dunia yang Kian ciptakan untuknya. Dunia di mana
tak terdengar, namun penuh dengan penyerahan. "Ak
emenangan, dan dalam senyum itu, Adira ta