Menjadi Orang Ketiga Dipernikahan
ari yang menyentuh kulitnya hanya mengingatkannya pada kesakitan yang baru saja ia tinggalkan. Ia berjalan dengan langkah ringan
p sudut, mengingatkan bahwa ia tidak memiliki siapa-siapa selain dirinya sendiri. Namun, ada sesuatu yang membara di dalam dir
di tengah kekacauan yang melanda hidupnya. Arfan masih duduk di bangku yang sama, dengan buku catatan di tangan dan ekspresi damai di waja
Arfan bertanya, sua
mpir tidak terdengar. "Aku... aku
angku di sebelahnya. "Kau selalu diteri
rumahku. Aku tidak bisa bertahan lagi, Arfan. Aku... aku tidak ingin menjadi or
idak pernah harus meminta pengakuan dari siapapun, Mir
buh. Seiring waktu, mereka semakin dekat. Arfan menjadi tempat perlindungan bagi Mira, sumber kekuatan yang mengingatkannya bahwa ada orang di luar
n yang M
mahnya diketuk. Ia mendekat dengan hati yang berdetak kencang, takut siapa yang datang. Ketika ia
atanya penuh dengan rasa
u lebih lembut dari yang pernah Mira dengar. "Aku tidak tahu har
gin marah, ingin melemparkan kata-kata tajam yang sudah ia siapkan selama ini. Namun, di satu
ak di sana. "Aku sudah mencoba menjalani hidup ini seperti yang aku kira benar," katanya, dengan nada yang hampir tidak ter
a itu yang dulu hanya dipenuhi ketidakpedulian, kini tampak penuh penyesalan. "Apa ya
a. Aku ingin kau kembali, Mira
gerti, Rafiq. Aku sudah pergi jauh lebih lama dari yang kau ki
r. "Aku tahu aku tidak berhak, tapi izinkan aku memperbaiki semuanyaenuh air mata. "Kau mungkin bisa berubah, Rafiq, tapi aku sudah tid
aru yang Pen
emberinya semangat dan nasihat. Namun, ia juga mulai merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Rafiq tidak pernah benar-
" Mira bertanya satu malam, saat mereka
an aku ingin menebusnya. Aku tidak bisa hidup dengan
sebagai alasan untuk membawaku
cinta yang pernah ia harapkan. Ia memutuskan untuk pergi jauh, mencari tempat
tahu, jika kau memilih kebahagiaanmu sendiri, aku tidak akan
an dengan mata penuh air mata dan harapan. Ia tahu langkah ini bukan hanya untuknya, tet