Menjadi Orang Ketiga Dipernikahan
engan dinding-dindingnya yang dingin dan kosong, seolah menjadi saksi bisu dari kehancuran hatinya. Ia mulai menyada
rdengar mendekat. Ia mengenakan kemeja putih bersih yang disetrika rapi, dengan dasi yang tergantung santai di lehernya.
suk. "Aku tidak tahu kau masih punya waktu untuk menj
h. Ia tidak ingin bertengkar, tidak pagi
secangkir kopi yang Mira buatkan, lalu menyesapnya dengan santai. Tak ada ucapan terima k
tinya. "Kalian ingin aku tinggalkan ruangan ini?" tanyanya, menemoohan yang disengaja. "Tidak perlu, Mira.
apa-apa. Ia tahu kata-kata Elena kejam, tapi ia tidak pernah merasa per
ng. Namun, sebelum ia benar-benar pergi, ia berhenti di ambang pintu dan berkata, "Kau tahu, Rafiq, aku tid
pertama kalinya, ada sesuatu di matanya-entah itu rasa ber
asi di M
eski pikirannya dipenuhi oleh luka-luka emosional yang tak kunjung s
carakan," katanya, mas
wajah penuh kelelahan. "Kalau ini tenta
tidur. "Kenapa kau selalu membuat semu
au bercanda, kan? Kau menikahiku tanpa cinta, membawa w
rnah ingin menyakitimu, Mira. Tapi kau harus mengerti,
"Kalau begitu kenapa kau tidak pernah meninggalkan aku? Kenapa ka
emudian, ia berkata dengan nada dingin, "Aku tidak ingin membuat masa
i. Ia memandang Rafiq dengan mata yang penuh air mata, l
ri di sana, diam, seolah membiarkan
n yang T
, butuh melarikan diri dari semua rasa sakit yang menyesakkan dadanya. Ia berja
seorang pria duduk sendirian, membaca buku. Wajahnya tampan, dengan mata yang mem
di depannya. "Maaf," kata Mira dengan
rsenyum. "T
da di dekat seseorang. Mereka mulai berbicara, dan Mira mengetahui bahwa pria itu
at sedih?" tanya Arfan
ntah kenapa, ia merasa bisa mempercayai pria ini. "
memang tidak adil. Tapi kau selalu punya pilihan, Mira. J
uk pertama kalinya, seseorang memberinya
ari Pe
rtemuan dengan Arfan membuatnya merasa sedikit lebih kuat, tetapi i
engan senyum penuh kemenangan. "Oh, kau pulang juga
m hatinya, ia berjanji bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Ia akan menemukan cara u