Pernikahan Penuh Rahasia
ngnya dengan pandangan kosong. Suara kicau burung di luar sana tak mampu mengusir rasa hampa yang mengisi dadanya. Beberapa jam lalu, Kieran meninggalkan rumah dengan e
yang akan terjadi. Tanpa menunggu lama, Nara bergegas mengenakan pakaian sederhana, gaun biru muda yang dulu sering dipakai ayahnya saat masih hidup
yang tak bisa diganggu. Nara bisa merasakan hawa dingin yang menyertai kehadirannya. Tanpa berkata apa-apa, Kieran melewati Nara,
sa kita bicara?" Suaranya terdengar lebih tenang dari
desah, lalu duduk di kursi yang menghadap jendela. "Kita tidak punya apa-apa untuk dibicarakan,"
engumpulkan keberanian. "Kieran, mungkin aku tidak tahu banyak tentang hidupmu. Mungkin aku tidak tahu apa-apa
rjanjian ini selesai? Nara, aku tidak punya waktu untuk permainan ini. Aku sudah cukup terjebak dalam dunia yang
nya yang membuat Kieran sekeras itu? Mengapa ia menolak untuk membuka hati? Tapi, seolah-olah ada dinding
" tanyanya, suaranya bergetar. "Apa kau
tirai, membawa aroma bunga liar dari kebun belakang rumah. Suasana itu begitu kontras dengan peras
nya begitu jauh dari dirinya. "Kau hanya seorang gadis desa yang terjebak dalam perjanjian yang tak bisa kau ubah. Aku..
bisa menghadapi kenyataan, tetapi perasaannya sudah berada di luar kendali. "Kieran,
upnya terlalu berat untuk dipikul sendirian. Untuk sejenak, Nara bisa melihat secercah keraguan
eran, suaranya serak, hampir tidak terdengar
dak akan terluka, Kieran, jika kau mau memberiku kesempatan untuk membuktikan bahwa kita bisa lebih dari sekadar perjan
ara, ia akan kehilangan kendali atas segalanya. Ia tak pernah membiarkan siapa pun mendekat, apalagi mencoba memahami dirinya. Namun, di
a, dengan suara yang begitu pelan hingga Nara hampir
, membuatnya merasakan sesuatu yang selama ini tak pernah ia rasakan. Sebuah harapan, sebuah perasaan yang
sik Nara, suaranya penuh keyakinan. "Mari kita mulai dari awal. Beri a
kipun hatinya masih penuh dengan kebingungan, untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir, ada sesuatu yang berubah
tetapi di dalam diri mereka berdua, ada secercah harapan yang sulit diu