Dikhianati Saudara Tiri
kegelapan malam. Desain-desain perhiasan yang tak selesai berserakan di meja, namun malam itu, jari-jarinya tak bergerak. Semuanya tak berarti-seolah dunia luar memisahkan dirinya dari kehid
elap yang pernah menjemputnya dengan kejam lima tahun lalu. Kiana mengusap wajahnya, mencoba menepis air mata yang hampir jatuh. Namun, kenangan itu tetap
an ceria di wajah, mengelilingi Haidar, anak laki-lakinya yang masih berusia satu tahun saat itu. Haidar, dengan bola mata cokelat gelap dan rambut hitam legam se
ara yang bergetar. "Ak
engingatkan pada malam ketika hujan pertama kali menyaksikan kejatuhannya. Waktu itu, rumah besar yang kini kosong dan sunyi terasa se
rtanya pada bayangannya sendiri. Di ruang sunyi i
elilingnya terhenti sejenak. Jantungnya berdegup kencang. Mungkinkah Haidar sudah terjaga? Tapi tidak, jam dinding sudah menunjukkan pukul d
i luar semakin jelas-ada ketukan lembut, di
h dengan kebingungan dan rasa
a dunia seperti berputar, dan semua ingatan buruk itu kembali mengguncangnya. Alif, pria yang telah lama hilang, kem
, wajahnya basah oleh hujan, dan mata itu memancarkan keputusasaan. Ia terli
a datang di malam seperti ini, tapi... aku harus berbicar
ada sesuatu di matanya yang membuatnya ragu. Kiana menarik napas dalam-dalam, mencoba menguasai di
anya tetap menatap Kiana. "Aku
ataan pahit, membuat jantungnya terhenti. Haidar. Anak yang ia jaga sendirian, yang
bukan urusanmu," kata Kiana dengan suara yang tegas,
hu aku salah. Aku meninggalkanmu, dan aku meninggalkan dia. Tapi sekar
rang? Mengapa baru sekarang dia muncul, setelah semua penderitaan yang ia alami? "jadi ayah yang baik untuknya. Aku ingin memperbaiki semuanya, wal
bagi Kiana, sebelum pengkhianatan itu menghancurkan segalanya. Sekarang, di hadapannya, ada pria yang meminta kesempatan untuk kembali. Namun, apakah per
datang dan mengatakan semua ini?" Kiana me
tempat, di gambar yang kau unggah. Dia tumbuh menjadi anak yang luar biasa, dan aku ingin ada di sana untuknya. Aku tahu aku tidak
ndang Alif, mencari kejujuran di matanya, tetapi hatinya terpecah antara amarah dan harapan. Akankah ia memberi pria itu kesempatan u
idak ada jaminan bahwa aku akan memaafkanmu. Haidar adalah hidupku
annya. "Aku tidak ingin mengancam kebahagiaannya. Aku hanya
an jatuh dalam pelukan Alif, berharap segalanya bisa diperbaiki. Namun, kini, ia hany
balik permintaan ini, ada cinta yang tersembunyi. Namun, apakah cinta itu cukup untuk mengubah s
khirnya, suara yang lemah. "Tapi kau harus
an rumah tanpa berkata-kata lagi. Kiana menutup pintu dengan perlah