Istri Penebus Hutang
sempit. Rumah itu tidak pernah cerah, bahkan di siang hari. Dinding-dindingnya, yang dulu mungkin berwarna cerah, kini memudar, terkelupas dan be
tu turun deras, menyentuh bumi seperti ribuan tangan yang minta tolong. Ada sesuatu dalam hujan itu
yahnya yang sudah tua, muncul di ambang pintu, dengan raut wajah yang lebih lelah dari bia
enggigit bibirnya, mencoba menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Ia tahu, ayahnya buka
, tangannya gemetar. Hujan di luar terus berjatuhan, seolah ikut menan
tidak mengerti. Ini satu-satunya jalan. Raka... Raka adalah satu-satunya yang bis
ang wajahnya tidak pernah terlihat di hadapan publik. Elara mendengar cerita-cerita tentang Raka: bagaimana ia menguasai bisnis besar, bagaimana ia mampu m
Hasan, ada rasa takut yang lebih besar. Takut akan ancaman yang datang dari mereka yang meminjamkan uang, takut ak
. Hasan menatapnya, sejenak menahan air mata, lalu mengangguk. Ia t
amanya, Elara. Kau ha
dis kecil yang hanya tahu tentang kebahagiaan sederhana? Rasanya seperti dunia runtuh di sekelilingnya. Tapi wajah Hasan,
iap perasaan yang bergejolak di dalam dirinya, tidak bisa diungkapkan. Hujan di lua
khirnya, suaranya rapuh dan penuh kepedihan. Hasan
kita jalani, Elara. Tapi ki
g begitu sulit. Seperti hujan yang tidak bisa berhenti, ia tahu, hari-hari depan akan penuh dengan air mata dan ketidakpastian. Namun, di dalam hati keci