icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Mantan Kekasihku CEO Psikopat

Mantan Kekasihku CEO Psikopat

icon

Bab 1 Alya tahu satu hal-dalam permainan ini

Jumlah Kata:2135    |    Dirilis Pada: 08/12/2024

yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Suasana Jakarta yang bising dan penuh sesak begitu berbeda dengan kota kelahirannya, Tasikmalaya, yang tenang dan da

ara-harapan yang menggerakkannya untuk terus melangka

itu tampak seperti monumen impian yang tak pernah ia bayangkan akan bisa dicapai. Ia menatap namanya yang tertulis besar di pintu masuk-"Pratama Industr

menyembunyikannya di balik senyum tipis yang ia coba bentuk. Di dalam hat

jas hitam yang pas di tubuhnya, rambutnya yang hitam legam disisir rapi, dan matanya tajam, seolah mampu menembus kedalaman jiwa. Alya

sepsionis itu mengarahkan tangannya ke arah ruang tunggu, di mana beberapa calon karyawan lain duduk dengan gugup. Alya mengangguk d

duduk dengan penuh percaya diri, sementara beberapa pria muda di dekatnya berbicara dengan suara keras, membicarakan proyek-proyek besar yang sed

suara pintu yang terbuka menghentakkan hatinya. Pria itu, Dira Pratama, keluar dari balik pintu kaca yang mengarah ke ruang rapat. Dalam sekejap, pandanga

impan ekspresi yang sulit dibaca. Alya ingin sekali membalikan pandangannya, mengalihkan perhatian dari pria itu yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya set

ergetar. "Kenapa aku harus bertemu dengannya di sini

Dira berjalan mendekati kelompok yang sedang menunggu di ruang tunggu, suaranya penuh otoritas dan

manis dan pahit yang mereka alami bersama. Dira yang dulu selalu membawakan bunga setiap kali mereka bertemu, menatapnya dengan penuh kelembutan, dan mengucapkan janji

ius. Alya mencoba memfokuskan perhatian pada percakapan itu, tetapi suaranya terdengar samar, seperti angin di luar jende

s. Langkahnya yang angkuh dan tegap membuat hati Alya berdebar-debar. Ia mengangkat tubuhnya, berusaha tet

Alya, menguatkan dirinya sendir

kan grafik dan angka-angka yang tidak dimengerti oleh Alya. Dira duduk di kursi kepala meja, wajahnya kembali serius, seolah semua yang ada

p tertuju pada Dira. Pria itu memulai wawancara dengan beberapa pertanyaan dasar tentang pengalaman kerja dan alasan Alya melamar di Pratama Industries. Na

ra, suaranya kembali mengandung nada tajam yang membuat Alya t

a, suaranya sedikit bergetar. "Saya ingin membuktika

aran di balik setiap kata yang diucapkan Alya. "Keluarga," katanya, seperti meng

dak perlu banyak waktu untuk mengetahui bahwa pria ini masih memiliki k

rti menjadi kenangan buruk yang terulang, menyatukan masa lalu dan masa kini dalam kepingan yang membingungk

yang dipertaruhkan, tetapi juga kebebasan hatinya.Berikut adalah Bab 1 yang telah diperpanjang, mengikuti alur cerita dari sinopsis yang telah dibuat. Perhatikan bah

-

ertemuan T

ang bising dan penuh sesak begitu berbeda dengan kota kelahirannya, Tasikmalaya, yang tenang dan damai. Di sini, di tengah deru kendaraan dan sorak-sorai orang-orang yang hilir mudik, Alya merasa seolah-olah

itu tampak seperti monumen impian yang tak pernah ia bayangkan akan bisa dicapai. Ia menatap namanya yang tertulis besar di pintu masuk-"Pratama Industr

menyembunyikannya di balik senyum tipis yang ia coba bentuk. Di dalam hat

jas hitam yang pas di tubuhnya, rambutnya yang hitam legam disisir rapi, dan matanya tajam, seolah mampu menembus kedalaman jiwa. Alya

sepsionis itu mengarahkan tangannya ke arah ruang tunggu, di mana beberapa calon karyawan lain duduk dengan gugup. Alya mengangguk d

duduk dengan penuh percaya diri, sementara beberapa pria muda di dekatnya berbicara dengan suara keras, membicarakan proyek-proyek besar yang sed

suara pintu yang terbuka menghentakkan hatinya. Pria itu, Dira Pratama, keluar dari balik pintu kaca yang mengarah ke ruang rapat. Dalam sekejap, pandanga

impan ekspresi yang sulit dibaca. Alya ingin sekali membalikan pandangannya, mengalihkan perhatian dari pria itu yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya set

ergetar. "Kenapa aku harus bertemu dengannya di sini

Dira berjalan mendekati kelompok yang sedang menunggu di ruang tunggu, suaranya penuh otoritas dan

manis dan pahit yang mereka alami bersama. Dira yang dulu selalu membawakan bunga setiap kali mereka bertemu, menatapnya dengan penuh kelembutan, dan mengucapkan janji

us. Alya mencoba memfokuskan perhatian pada percakapan itu, tetapi suaranya terdengar samar, seperti angin di luar jendela

s. Langkahnya yang angkuh dan tegap membuat hati Alya berdebar-debar. Ia mengangkat tubuhnya, berusaha tet

Alya, menguatkan dirinya sendir

*

kan grafik dan angka-angka yang tidak dimengerti oleh Alya. Dira duduk di kursi kepala meja, wajahnya kembali serius, seolah semua yang ada

p tertuju pada Dira. Pria itu memulai wawancara dengan beberapa pertanyaan dasar tentang pengalaman kerja dan alasan Alya melamar di Pratama Industries. Na

ra, suaranya kembali mengandung nada tajam yang membuat Alya t

a, suaranya sedikit bergetar. "Saya ingin membuktika

aran di balik setiap kata yang diucapkan Alya. "Keluarga," katanya, seperti meng

dak perlu banyak waktu untuk mengetahui bahwa pria ini masih memiliki k

*

rti menjadi kenangan buruk yang terulang, menyatukan masa lalu dan masa kini dalam kepingan yang membingungk

heningan yang sama. Di saat itu, Alya tahu satu hal-dalam permainan ini,

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka