Mantan Kekasihku CEO Psikopat
m hatinya, hanya ada keheningan yang mencekam. Wajah Dira yang penuh misteri masih tertanam dalam benaknya, mengisi ruang kosong yang selama ini ia kira telah mati. Dira Pratama, CEO yang tak h
di. Ia merasakan angin Jakarta yang panas menyapa wajahnya, namun dingin menyelinap di hatinya. Ada perasaan sea
orang-orang kecil, dunia ini berdiri megah, membungkus kenyataan dengan kilauan dan janji yang kosong. Alya merasakan air mata ingin meluncur, tetapi ia menah
da dengan perasaannya. Alya menatap ponselnya, mencoba mencari distraksi, tetapi matanya menatap angka yang menunjukkan puku
taan bahwa ia telah kembali di hadapan Dira, pria yang dulu membuatnya percaya bahwa mereka akan mengarungi hidup bersama, selamanya. Ia menutup matanya sejenak, menging
olah sedang berada di dua dunia berbeda; dunia di mana ia berjuang untuk mendapatkan p
Di sekelilingnya, anak-anak bermain bola, pasangan muda bercengkerama, dan seorang pria tua duduk di bangku, memandangi bunga-bunga yang tumbuh di tam
ada masa-masa di mana mereka berdua berlari di bawah hujan, tertawa hingga perut mereka sakit. Dira, dengan senyumnya yang menenangkan, seolah bisa m
g muncul di layar: Mama. Sambil menekan tombol untuk menjawab, Alya merasa ber
engar khawatir, penuh harap. Alya menutup mata, mencoba
ahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya. Bagaimana bisa ia menjelaskan perasaan yang tak bisa diungkapkan, rasa sa
i, tapi juga untuk kami," kata Mama, suaranya penuh dengan semangat dan cinta. Alya menatap taman di sekelilingnya, dan
ir dan kesunyian kembali menyelimuti, Alya merasakan ketegangan yang kembali menekan. Ia tahu bahwa langkah perta
dapi kenyataan bahwa ia tak bisa lari dari masa lalunya. Dira, yang dulunya adalah pria yang membuatnya merasa istimewa, kini menjadi penghalang antara
inya penuh dengan semangat yang baru. Di dalam apartemen kecilnya, ia duduk di tepi ranjang, menatap langit Jakarta yang jauh lebih gelap dari langit kampung halamannya. Lampu-lampu dari gedung-gedun
ng tak berbintang. Ia tahu, untuk bisa berdiri di hadapan Dira dan menghad
menenangkan. Alya memejamkan matanya dan membiarkan kesedihan itu datang, hanya untuk merasaka
uang, maka ia akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Dan Dira? Biarkan pria itu menjadi bayangan yang sel
membangun kekuatan dalam dirinya, menghadapi kenyataan yang sulit, s
m hatinya, hanya ada keheningan yang mencekam. Wajah Dira yang penuh misteri masih tertanam dalam benaknya, mengisi ruang kosong yang selama ini ia kira telah mati. Dira Pratama, CEO yang tak h
di. Ia merasakan angin Jakarta yang panas menyapa wajahnya, namun dingin menyelinap di hatinya. Ada perasaan sea
orang-orang kecil, dunia ini berdiri megah, membungkus kenyataan dengan kilauan dan janji yang kosong. Alya merasakan air mata ingin meluncur, tetapi ia menah
da dengan perasaannya. Alya menatap ponselnya, mencoba mencari distraksi, tetapi matanya menatap angka yang menunjukkan puku
taan bahwa ia telah kembali di hadapan Dira, pria yang dulu membuatnya percaya bahwa mereka akan mengarungi hidup bersama, selamanya. Ia menutup matanya sejenak, menging
olah sedang berada di dua dunia berbeda; dunia di mana ia berjuang untuk mendapatkan p
*
Di sekelilingnya, anak-anak bermain bola, pasangan muda bercengkerama, dan seorang pria tua duduk di bangku, memandangi bunga-bunga yang tumbuh di tam
ada masa-masa di mana mereka berdua berlari di bawah hujan, tertawa hingga perut mereka sakit. Dira, dengan senyumnya yang menenangkan, seolah bisa m
muncul di layar: *Mama*. Sambil menekan tombol untuk menjawab, Alya merasa ber
engar khawatir, penuh harap. Alya menutup mata, mencoba
ahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya. Bagaimana bisa ia menjelaskan perasaan yang tak bisa diungkapkan, rasa sa
i, tapi juga untuk kami," kata Mama, suaranya penuh dengan semangat dan cinta. Alya menatap taman di sekelilingnya, dan
ir dan kesunyian kembali menyelimuti, Alya merasakan ketegangan yang kembali menekan. Ia tahu bahwa langkah perta
*
dapi kenyataan bahwa ia tak bisa lari dari masa lalunya. Dira, yang dulunya adalah pria yang membuatnya merasa istimewa, kini menjadi penghalang antara
inya penuh dengan semangat yang baru. Di dalam apartemen kecilnya, ia duduk di tepi ranjang, menatap langit Jakarta yang jauh lebih gelap dari langit kampung halamannya. Lampu-lampu dari gedung-gedun
ng tak berbintang. Ia tahu, untuk bisa berdiri di hadapan Dira dan menghad
menenangkan. Alya memejamkan matanya dan membiarkan kesedihan itu datang, hanya untuk merasaka
uang, maka ia akan berjuang hingga titik darah penghabisan. Dan Dira? Biarkan pria itu menjadi bayangan yang sel