Cinta Terlarang Dengan Tetangga
kan, memandang kosong piring kosong di depannya. Rafael sudah berangkat kerja sejak pagi buta, meninggalkan rumah dengan wajah yang tidak m
gkah ringan, ia menuju pintu depan dan membuka pintu dengan hati-hati. Di depan pintu, berdiri Daniel, tetangga baru yang
khas. Senyum itu begitu tulus, membuat Maya merasa terkes
pa?" Maya bertanya, mencoba
a butuhkan. Saya pikir, mungkin kamu butuh beberapa," jawab Daniel, menyerahkan kant
baik hati, namun di sisi lain, ia merasa ada ketegangan di antara mereka. Apa yang sebenarnya ia
ya, menerima kantong plastik ters
uk menghubungi saya, ya?" kata Daniel, suara lembutnya menyentuh hati Maya. Ada sesuatu dalam suaranya
anggu. "Tentu, saya akan mengingatnya." Ia tersenyum tipis
apakah itu karena perasaan bersalah atau karena ketegangan yang menguar di sekitarnya. Beberapa detik kemudian, Maya duduk di kursi dapur, mereberujung. Setiap hari, ia merasa semakin terasing, semakin jauh dari suaminya. Dan kini, dengan ked
r kebingungannya. "Ini salah," pikirnya,
a segar, sesuatu untuk mengalihkan pikirannya. Ketika ia keluar dari rumah, tak sengaja ia melihat Daniel seda
ndekat, menarik napas dalam-da
?" tanyanya, senyum ramah menghiasi wajahnya. "Apa kabar? Semoga
a... tidak banyak yang terjadi hari ini," jawab Maya pelan, sediki
mbil melanjutkan pekerjaannya. "Tapi, kadang-kadang, kita hanya perlu berhent
uatu dalam cara pria itu berbicara yang membuatnya merasa
edikit terpingkal. "Aku rasa aku memang
begitu, kamu bisa ikut saya untuk berjalan-jalan sebentar. Ti
tuk menerima ajakan Daniel. Mungkin, kata-katanya yang penuh perhatian itu membuatnya meras
ya mengangguk. "Baiklah, mungkin ber
bar. "Bagus! Mari k
erbeda. Mereka berbicara tentang hal-hal ringan, berbagi cerita, dan meskipun tidak ada kata-kata besar yang keluar, ada kenyamanan yang tumb
ungan ini, jika terus berlanjut, bisa membawa mereka pada masalah yang lebih besar. Masalah yang lebih rumit. Tapi untuk s
ngucapkan selamat tinggal dengan senyum h
nya terasa kering. "Terima k
an rumahnya sendiri, memandangnya dengan perasaan campur aduk. Hati
ng pasti, perasaan