Cincin Dendam : Janji di Balik Rahasia
a menjaga jarak dari Leon tanpa terlihat canggung, meski ada rasa tegang yang tak bisa ia kendalikan. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah pria itu
suara Leon memecah keheningan, nadanya ringan,
yang harus saya sampaikan ke Cantika," jawab La
berdebar lebih kencang. "ini sudah di l
n itu membuatnya merasa semakin grogi. Sebelum ia sempat membalas per
dapati Leon juga keluar dari lift, berjalan di sisinya menuju arah yang sama. Mereka berjalan
yung. Namun, secepat kilat, tangan Leon meraih lengannya, menarik tubuhnya agar tidak terjatuh. Namun, saking mendadaknya, Leon se
, ia justru jatuh tepat di atas dada Leon. Pria itu b
ara Leon menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan. Wajah mereka hanya berj
Lara tergagap, men
gannya masih memegang erat lenga
t. "Sepertinya, kita sama-sama
ak duduk di lantai, me
membenahi pakaiannya dengan cepat. "Terima k
pada Lara dengan pandangan yang hangat. "Haha
menjaga ketenangan. "Oh, ya," lanjut Leon, mencoba mengubah topik, "Aku tadi belum sempat bilang. Aku juga mau ke ruangan Cantika, rencananya mau antar dia pulang. Tadi pagi kanhilang setelah kejadian tadi. Ia berharap percakapan ini bisa be
pan, dari kejauhan terdengar suara Cantika
. "Ah, Ka Leon, tadi kita kan rencana pulang bareng? Maaf, aku m
mendekat,Leon tersenyum santai. "Ini ada titipan dari
b Cantika. "Aku tinggal sebentar ya, kalian b
gan itu mereda. Lara dan Leon kemudian duduk di sofa
Leon, lebih dekat daripada yang pernah ia bayangkan sebelumnya, membuatnya merasa tidak nyaman dan sekaligus cemas. Begitu banyak pe
atap Lara. Tersenyum tipis, ia mengingat kejadian jatuh tadi dan tertawa pelan. "Hehh," katanya sambil menggele
mencoba menyembunyikannya. Leon melanjutkan, "Aduh, memang,
menggelayuti. Leon melanjutkan, berbicara lebih santai, "Apa perlu sekarang aku pasang
sa lebih nyaman. "Iya sih, Leon. Eh, maksudnya Pa-eh, maaf, maksud aku Leon," Lara terbata-bata. "Itu karena saya mema
esai, "Aku juga nggak bisa dipungkiri kalau saat rapat, aku agak... serius. Ya namanya j
a, bukan hanya hubungan atasan dan bawahan, tetapi juga hubungan yang lebih akrab sebagai teman. Mungkin sa
esi yang lebih lembut. "Justru sepertinya umurku lebih dekat dengan kamu kan, dengan Cantika y
a-tiba muncul. "Ya, tentu saja bisa. Hanya saja... aku pikir kamu leb
ramai. Kalau sama kamu, aku malah merasa bisa ngobrol lebih serius.
eon. "Oh, begitu ya? Aku kira selama ini kamu lebih
lebih mendalam" Leon berkata sambil tersenyum, me
antika dengan santai, seolah kedekatan mereka begitu alami. Mengalihkan pandangannya ke luar jendela, Lara mencoba
balik sikap ramah dan sopan Leon, ia merasakan niat tersembunyi, seolah pria itu menggali kebenaran yang belum terungkap. Apakah in