Cincin Dendam : Janji di Balik Rahasia
n di Marten Energy. Sebagai manajer perencanaan keuangan, interaksi profesional mereka seharusnya biasa
oard dan percakapan pelan antar karyawan yang mengisi ruangan. Lara sedang s
on berdiri di belakangnya. Sontak, ia menahan napas sesaat, jantungnya berdebar
Leon," ucapny
ela napas panjang, mencoba meredakan debaran di dadanya. Dari mejanya, ia bisa melihat Leon yang langsung duduk dan mulai bekerja dengan sikap yang begitu fokus. Lara terpaku
g ia kira. Lara menyiapkan laporan yang diminta dan memasuki ruang kaca Leon
eon, menyapanya dengan nada r
aan dengan komentar singkat tentang pekerjaannya, sesekali menanyakan detail yang membua
eon bersandar dan, tanpa diduga, me
g ayahmu, dan Cantika bawa mobil sendiri?" katany
t dengan pertanyaan tersebut, namun i
beli mobil, dan saya juga lebih nyaman jika bersama denga
enuh minat. "Bisa dimengerti," katanya singkat, sebelum kembali men
meskipun sekilas, membuatnya merasa ada sesuatu yang lain di balik sikap ramah pria itu. Ia tahu Leon mungkin hanya berbasa-basi, ia tak bisa menahan diri untuk merasa
mengajak ayahnya pulang bersama. Setelah mengetuk pintu dan masuk ke ruangan ayahnya, Lara mendapati dua pria y
nnya, Paman Jeri, dan menyalaminya penuh hormat. Pria paruh baya itu tersenyum lembut, mengangguk ke
kabarnya?" Lara berta
gan paman," jawab Jeri sambil membalas senyuman Lara
dikit, tapi masih bisa
tugas penting untuk Lara. "Lara, ada sesuatu yang ayah ingin kamu lakukan," kata
gan ekspresi serius, menun
as. "Dia sedang menunggu di ruangannya. Tapi ingat, file ini harus ka
engucapkan pamit kepada ayah dan pamannya, ia melangkah k
isakan ketenangan malam yang anehnya terasa berat di udara. Hanya ada gemerisik langkahnya sendiri yang terdengar, setiap bunyi sepatu yang mengenai lan
ayahnya percayakan padanya. Setiap instruksi ayahnya kembali berputar di kepalanya. File
, mencoba menenangkan diri sambil memandang ke arah koridor yang gelap dan sunyi. Suasana kantor yang biasanya ramai k
antika menunggu. Ia merasa lega, setidaknya hanya perlu menuruni beberapa lantai lagi dan ia bisa menyera
engapa pintu lift terbuka di lantai yang bukan tujuannya. Pintu itu perlahan membuka, dan d
Le
dangnya, sejenak menurunkan pandangan ke arah tasnya, sebelum kemudian mengangkat alis tipis dengan senyuman"Oh, permisi, ini mau t
ia tahu pipinya mungkin sudah memerah. "Iya, Pak...
rdua dalam ruang kecil yang tiba-tiba terasa semakin menyempit. Aroma maskulin dan s
ngnya masih berdegup kencang. Ia mencuri pandang ke arah Leon yang berdiri tenang di