Cincin Dendam : Janji di Balik Rahasia
masih mau mengenalku?" gumamnya pel
membuatnya semakin tersiksa. "Haruskah aku jujur? Atau aku menyimpan semua ini sampai mati?t di dadanya. "Leon yang malang" Matanya memandang kosong ke a
a basah, dan rasa bersalah yang menyesakkan memenuhi hatinya. Dalam mimpi, wajah Leon yang penuh kekec
tidak benar-benar mencintainya. Bagi Cantika, Leon hanyalah salah satu pilihan, bukan sa
Perasaannya begitu dalam, namun ia tak pernah berani mengungkapkanny
n rahasia yang ia temukan di ruang kerja Paman Jeri muncul dalam bayangannya. Kertas-kertas itu dengan jelas menunjukkan bagaimana keluar
okan h
merasa kepalanya berat, namun dia berusaha menepis perasaan itu dan memulai harinya. Lara bangkit, mengenakan seragam kerjanya yang elegan
iasa. Ibu tirinya, Vina, duduk di sebelahnya, menyesap teh dengan anggun, sementara Can
ambil melirik sekilas. Se
ra, mengambil tempat dud
an mata tajam. "Kenapa kemarin kamu tiba-tiba per
ku merasa kurang nyaman, dan saat itu aku mendengar Paman Jeri kurang sehat, jadi
emudar. "Paman Jeri, tapi hari ini dia bisa berangkat kekantor tidak
yum menggoda. "Ngomong-ngomong tentang pesta, Cantika, semua orang tak berhenti m
nya teman. Leon kebetulan menawarkan untuk pergi bersama karena dia ju
apan. "Leon itu pemuda yang cerdas dan berbakat.
a hubungan kalian lebih dari sekadar teman, itu kaba
i gema yang menyakitkan, menggoyahkan hatinya. Namun, dia meneguhkan diri, menyesa
. Senyum ramahnya, cara ia berbicara, dan sikapnya yang hangat membuat semua orang terpesona, termasuk dirinya. Tapi bayangan itu seketika berubah me
Semua itu masih begi
t pandangannya, dan detak jantungnya seolah berhenti. Di ambang pintu, Leon berdiri dengan elegan, mengenakan setelan kasual yang membuat
nada ramah, tatapannya yang dal
sekujur tubu
uk, duduk nak, Bergabunglah sebentar sebelum kalian berangkat," katanya sambi
ak Leon, duduk dulu. Kopi pagi ini enak sekali," uj
, pandangannya langsung mencari L
menatapnya lekat. Leon berjala
uaranya berat namun teg
n... i..iya?" jawab lara, tan
kan Cantika yang menatap mereka dengan mata membe
oba mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa tegang. "A
. "Ah, pesta itu luar biasa, Pak. Monic terlihat sang
saja, apalagi dengan kehadiranmu, Leon.
na yang memuji Leon atas kehadirannya di pesta pernikahan Monic kemarin. Namun, Lara hanya duduk
ya, menegakkan punggung, dan men
ra sebentar," Leon membuka percak
on. Ada apa? Jangan terlalu formal begi
mengucapkan rasa terima kasih saya. Selama ini, saya sudah diterima dengan sangat baik di
merayapi hatinya. Leon terlihat terlalu s
uruh ruangan. "Namun, hari ini saya ingin mem
ara. "Silakan, Leon. Saya sudah mengenal kamu cukup lama, bahkan sebe
sih, Pak. Begini, selama beberapa minggu terakhir, saya tela
rasa ingin tahu. Lara, di sisi lain, membeku di
kantor. Tapi seiring waktu, saya mulai mengenal dia lebih dalam, dan saya
memberikan isyarat a
ra langsung dengan mata penuh keteguha
a menoleh cepat ke arah Lara, ekspre
lah tidak percaya dengan a
natap Leon tanpa mampu mengucapkan sepatah kat
gan. "Leon, ini pengakuan yang bes
tidak ingin melangkahi batasan. Keputusan ini tidak hanya ada di tangan saya. Saya meny
mi, dia cintai dan ikuti diam-diam, Pria yang dia ketahui rahasia kemalangan masalalu nya karena keluarganya sendiri, Pria yang selama ini dia liha