KASIH SAYANG YANG TERPENDAM
muk, seolah seluruh dunia menekannya untuk segera membuat pilihan. Ketika ia memasuki rumah, ia merasakan keheningan yang berbeda. Dito, suaminya, tidak seda
Rina bertanya, berusaha me
amu pulang cepat hari ini. Aku sudah
k," jawabnya, sambil meletakkan tas di atas meja. Ia berjalan ke dapur, merasa ada sesuatu
belakangnya. Dito muncul di ambang pintu dapur, masih memegang bukunya. "Kamu tidak
ncoba mencari alasan yang tepat. "Janji? Oh,
Kamu pulang sangat larut. Apa yang sebenarnya kamu lakukan?" Tiba-tiba, nada suara
rasa seolah-olah ia sedang diterpa badai. Apakah Dito mula
isa ia katakan? Ia tidak bisa memberitahunya tentang Ardi. Tidak bisa menjela
meskipun ia tidak mengungkapkannya, ada kerutan di dahinya yang mengisyaratkan bahwa ia
ut, namun matanya yang tajam memper
a terburu-buru, berusaha menunjukkan bahwa semuanya nor
nuh perasaan. "Kalau ada yang mengganggu, kamu bisa cer
anya. Apa yang bisa ia katakan? "Aku terjebak dalam hubungan lain"? Tidak mungkin. "Aku baik-baik saja,"
a Dito tidak lagi sama seperti sebelumnya-seolah ada tembok tak kasat mata yang mulai terbentuk di antara merek
Mereka berdua sudah berusaha menjaga hubungan mereka tetap rahasia, namun semakin lama, semakin banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa kebohongan ini mulai menekan mereka. Ar
nsel di meja kerjanya. Setiap kali ponselnya bergetar, ia segera melihat, berharap itu adalah pesan dari Ri
datang dari Rina. Namun, saat melihat nama pengirimnya, hatinya tiba-tiba merasa tidak enak. Itu adala
Rina. Dalam beberapa hari terakhir, sikap Rina mulai berubah. Mereka tidak bisa bertemu sebanyak sebelumnya, dan setiap kali
san yang menggelitik hati kecilnya-pesan yang dikirimkan Rina pada malam sebelum mereka terakhir bertemu. Pesan itu sing
k bisa menahan rasa curiga yang mulai menggerogoti dirinya. Rina selalu mengatakan bahwa ia ingin terus bersama Dito, tetapi ba
n ini, jika mereka tidak berbicara tentang apa yang sebenarnya terjadi, semuanya akan mulai terbongkar. Dan ketika it
ngirim pesan singkat kepada Rina: "Kita perl
u, dan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Pesan itu tidak panjang, hanya sebuah kalimat yan
betul bahwa perasaan Ardi mulai berubah. Ia bisa merasakannya dalam setiap pertemuan, dalam setiap percakapan yang te
encoba mencari alasan untuk menunda keputusan itu. Namun, setiap
an: "Aku juga merasa begitu, Ardi. Kita perlu bicara. Tapi akuap menghantui. Setiap kata yang ia ketik seakan menjadi pengakuan akan kebohongan yang
pat, dan ia bisa merasakan ketegangan dalam setiap kata. Rina sudah tahu bahwa mereka tak bisa terus seperti ini.
hanya mengungkapkan rasa khawatirnya tentang kehilangan semuanya, tetapi tidak menyentuh inti masalah. Ardi m
dirinya sendiri, duduk di meja kerjanya dengan wajah t
etar lagi. Kali ini, bukan Rina yang meng
Ada hal yang mengganggu
embali merayap di hati. Ardi tahu, dalam dunia yang penuh dengan kebohongan ini, segala sesuatu bisa
an Dito: "Tentu, apa yan
: "Saya akan datang ke kantor be
telah disusun dengan hati-hati untuk menyembunyikan segalanya kini mulai berantakan.
pertemuan yang penuh ketegangan itu. Sambil menunggu, ia duduk di ruang rapat, menatap jendela besar yang menghadap ke jalan raya. Pikirannya berputar-p
, dan Dito masuk. Wajahnya tampak serius, tidak ad
sudah saling mengenal cukup lama, jadi saya ingin bertanya langsung. Ada se
ra, seperti ledakan yang siap meledak kapan saja. Ia tahu i
untuk tetap tenang, namun nada suaranya tak mamp
apan Ardi. Matanya menatap langsung
anyak berubah. Saya merasa ada yang disembunyikan dariku, dan
detak. Ia tidak bisa berpura-pura lagi. Perasaan cemas dan ket
di, berusaha menyembunyikan ketegangannya. "Namun, aku rasa
, kenapa saya merasa ada sesuatu yang lebih dari sekada
mun ia tahu ia tidak bisa mengungkapkan apa yang sebena
suaranya lebih tegas. "Mungkin ada masalah yan
cayaan. Ia tidak puas dengan jawaban Ardi, tetapi sepertinya t
tidak akan bisa menutupi kebohongan ini lebih lama lagi. Tanda-tanda itu semakin je
ambu