KASIH SAYANG YANG TERPENDAM
oard memenuhi ruang, diselingi suara adukan kopi dari mesin di sudut ruangan. Semua r
line proyek minggu depan membuatnya tak bisa pulang lebih awal. Begitu juga dengan Ardi, rekannya yang duduk di meja seb
sini juga?" suara A
senyum. "Iya, deadline semakin dekat, jadi harus
n kedua tangan. "Aku juga sama. Sepertinya k
reka jarang sekali berbicara di luar urusan pekerjaan. Ardi, dengan sikap serius dan profesional, selalu menjaga jarak, meskipun
l kopi," tawar Ardi, sambil
dikit ragu, tetapi kemudian mengikuti Ardi
terasa melambat. Rina merasa aneh, seolah ada ketegangan di udara yang
li ini. "Kamu pernah merasa, ya, kalau hidup ini berjalan terl
uatu yang dalam pada tatapan itu, seperti mencari jawabannya lebih
, keluarga, atau segala kewajiban. Tapi, kita jarang meluangkan w
ndiri. Terkadang, ia merasa terjebak dalam rutinitas yang tak ada ha
ah, "aku sudah cukup lama merasa kita memiliki koneksi, Rina. M
ihat ke arah Ardi dengan lebih jelas. "Kon
. "Maksudku lebih dari itu, Rina. Meskipun kita hanya rekan kerja, aku
ahu harus merespons apa. Ardi adalah pria yang sangat profesional dan selalu menjaga jarak. Tidak ada yang pernah menduga bahwa
oba menyembunyikan ketegangan yang muncu
Aku tahu, Rina. Tapi kita tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa k
aimana dengan suaminya? Bagaimana dengan kehidupan yang telah ia bangun selama ini? Semua pertanyaan itu meny
b Rina, suara lebih lemah dari yang ia harapk
memahami. Tetapi ada kilatan di mata
Rina," Ardi menatapnya dalam, "Aku ingin
ahu sesuatu telah berubah di antara mereka, meskipun ia tak tahu harus ke mana arah hubungan ini. Na
sin kopi, masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Rina bisa merasakan detak jantungnya yang
angan berbicara. Pria itu selalu berhati-hati, mengutamakan profesionalisme dalam segala hal. Tapi m
ningan. "Aku cuma ingin kita berbicara tentang ini, tentang perasaan
buh di dalam dirinya. Tapi bagaimana bisa? Mereka berdua sudah terikat dalam pernikahan. Ada suami di ru
getar, mencoba untuk tidak terperangkap dalam perasaan yang mulai membingu
atang begitu saja, dan aku tidak bisa menahannya." Ia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. "Aku
n di dalam dirinya, sebuah dorongan untuk melarikan diri dari kenyataan yang begitu keras. Tetapi di si
nya tetap terfokus pada kopi yang masih ada di tangan. "Aku t
i kedekatannya sudah cukup membuat Rina merasa cemas. "Aku tidak ingin membuatmu bingung. Ak
atnya semakin bingung. Ia ingin melangkah mundur, ingin menutup pintu ini dan melupakan apa yang baru saja diungka
ntikan kalimatnya. Mereka berdua segera menoleh, panik, berharap tidak ada yang mel
nyum, tidak menyadari ketegangan yang ada di antara mereka.
m. "Iya, Nadya. Ada beberapa laporan yang harus diselesaikan. Kita
duh, kalian berdua memang pekerja keras, ya. Semoga ka
tersenyum, tetapi ada ketegangan yang jelas te
sepi, lebih sunyi dari sebelumnya. Rina merasa sedikit lega, tetapi juga tidak nyaman. Ada perasaan bersalah yang
engar, hampir berbisik. "Ini bisa berbahaya, Ardi.
epaskannya. "Aku tahu, Rina. Aku tahu. Tapi kamu tidak bisa me
g," katanya pelan, berusaha menghindari tatapan A
ecewaan. "Iya, aku paham. Tapi... kita masih harus bi
a yang kacau. Malam itu, meskipun ia sudah berusaha untuk pergi, ia tahu satu hal: p
ambu