KASIH SAYANG YANG TERPENDAM
h-olah seluruh dunia menekan dirinya untuk segera memilih-antara suaminya yang penuh kasih atau hubungan terlarang yang semakin dalam ini. Namun, yang ia rasakan justru
ah, dan hari itu, rasa cemburu yang menggero
ibuk dengan laporan yang harus segera diselesaikan. Tiba
empat biasa. Ja
pat, "Aku akan datang. Tapi kita
melihat sesuatu yang membuat jantungnya berdebar kencang. Di luar, melalui jendela besar, ia melihat Dito, suaminya, sedang
ya tidak ada, tetapi kenyataannya kini menggigit, membuat dadanya sesak. Ia tahu, Dito tidak pernah memberi tanda-tanda seperti itu sebelumnya.
epas, saling berbicara dengan keakraban yang tidak bisa disembunyikan. Rina mematung, mencoba meyakinkan diri bahwa itu hanyala
n menulis pesan kepada Dito, ber
ak sibuk, tapi aku ingin tahu tent
ndela kantor, mencoba menangkap setiap ekspresi dari wajah suaminya. Apakah dia melihatnya? Apakah dia sadar
bisa tertawa begitu lepas di hadapan orang lain. Tetapi, ia tahu, pertanyaan itu akan membawa konsek
getar lagi. Kal
Nanti malam kita bis
hanya kesenangan sementara, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam yang menghubungkan mereka? Namun, saat melihat nama Ardi di layar ponselnya, ia merasa hatinya berdebar
anjang, Rina mem
anya sedikit cemas ten
terlalu banyak berharap pada Ardi, seorang pria yang bahkan belum pernah ia kenal dengan lebih dalam di luar dunia kantor dan rahasia mereka? Apa yang
kecil yang tersembunyi di ujung jalan. Mereka duduk di sudut yang sama, namun suasana malam itu ter
" kata Ardi, suaranya yang biasanya lembut
Aku... Aku melihat Dito tadi siang. Di
enilai situasi. "Jadi? Itu mungkin
pa yang seharusnya aku rasakan?" Rina bertanya dengan suara
raguan. Tapi kamu sudah memilih jalan ini, bukan? Jika kamu merasa terancam dengan apa yang ada di luar hubunga
kan kening. "
ang terjadi padaku," jawab Ardi, suaranya berubah menjadi lebih tajam. "Aku merasa ada sesuatu yang mengganggu kita. Tidak han
erasa benar, tapi apakah dia siap untuk menghadapi kenyat
hirnya Rina bertanya, suaranya hampir ber
alam, seolah mencari tahu apakah Rina
h sangat terperangkap. Dan mungkin, cemburu itu hanya tand
embuat keputusan yang benar atau justru semakin terjebak dalam kebohongan yang akan menghancurkan hidupnya. Ketegangan se
yang pasti: tak
annya, semakin memperburuk keraguan yang selama ini ia coba sembunyikan. Apakah hubungan ini benar-benar hany
nan, kini terasa penuh ketegangan. Rina meremas gelas minumannya, matanya terus bergerak mengamati orang-orang di sekelilingnya. Semua terli
Aku merasa terjebak. Semakin dalam aku terlibat denganmu, semakin besar rasa takutku. Takut jika semuanya terb
ingin menenangkan wanita itu. "Rina, aku tahu ini sulit. Aku juga merasakannya. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, ki
enjadi orang yang menghancurkan segalanya, Ardi. Aku ingin melindungi D
reka. Ardi menghela napas, menarik kursinya sedikit lebih dekat. "Jadi, ka
u sisi. Jika ia memilih Dito, apakah itu berarti dia harus mengakhiri semua yang telah ia bangun bersama Ardi? Tapi ji
i jendela, mencoba menemukan jawabannya dalam suara gemericik air yang turun. Setiap tetes hujan terasa seperti keputus
i, kali ini suaranya lebih lembut. "Namun, kalau kamu ingin berhenti, aku akan
i dari kenyataan, namun setiap langkah menuju kebebasan terasa semakin berat. "Aku tidak tahu apa yang harus aku pilih, Ardi. Aku
akan pernah memaksa kamu untuk memilih, Rina. Tapi aku juga tidak ingin kamu hidup dalam kebohong
bukan hanya sebatas hubungan fisik atau sensasi sesaat. Ardi benar-benar peduli padanya, dan entah bagai
yang selalu ada untuknya, yang selalu mengutamakan kebahagiaannya, kembali hadir dalam benaknya. Tapi, di sisi lain, ia tidak bis
ih pasti. "Aku tidak bisa hidup dengan ketakutan ini selamanya. Aku tida
ntuk bersama Dito, aku akan menghilang dari hidupmu. Aku tidak ingin menjadi penghalang a
uru, keraguan, kebingungan-terlihat di wajahnya. Ia ingin berteriak, ingin meluapkan s
n semuanya," kata Rina pelan. "Tapi aku juga tidak ta
Mereka berdua tahu, keputusan besar menanti di depan mereka. Dan entah apa yan
andangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Aku harus pergi, Ardi," katanya,
juang dengan dirinya sendiri, dengan perasaan yang semakin menghimpit. Mereka tah
ap hujan yang kini turun deras. Dalam kegelapan malam itu, ia merasa s
ambu