BAYANGAN DIANTARA KITA
turun rintik-rintik, seolah mencerminkan suasana hati yang mendalam. Pikirannya berputar-p
antor, katanya. Tapi ada sesuatu yang terasa ganjil. Maya merasa terab
uku yang tidak pernah dibaca, dan laptop yang tampaknya sudah lama tidak digunakan. Namun, di antara tumpukan kertas, sebuah amplop mencuri perhat
anya seb
an. Mereka tersenyum satu sama lain, seolah dunia hanya milik mereka. Di atas meja, ada dua gelas anggur merah, dan tangan Adit tampak beraIni bukanlah kebetulan. Foto ini jelas bukan untuknya. Suaminya
" bisiknya, suaranya h
wajah Adit yang selalu ia temui pulang setelah kerja. Ia memikirkan semua waktu yang telah
. Maya menatapnya dengan perasaan campur aduk. Ia menganar hangat di seberang, tapi Maya tahu
"Adit, aku... aku menemukan sesuatu yang tidak seharusnya aku temukan,"
ar bingung, mungkin sedikit
eletak di meja. Lina, sahabat yang selama ini selalu ada dalam k
" Maya berhenti, susah unt
i terdengar lebih gelisah, dan Maya bi
an kemudian perlahan berkata, "Kalia
ngnya yang semakin cepat. Ia menunggu jawaban dari Adit, tapi suaminya t
rkata dengan suara pelan, hampir sepert
aya, suara hatinya mulai pecah, namun ia b
rdiam. Tak ada suara apapun, ha
a apa lagi. Semua kata yang berputar di kepalanya terasa
n yang telah hancur... tentang apa yang kita punya, yang aku pikir masih ad
rendah, penuh penyesalan. "Maya, aku... aku tidak tahu h
an maaf tak akan mengembalikan waktu mereka yang telah hi
atinya merasa hancur. "Kita tidak perlu berbicara
di meja dan kembali menatap foto yang masih tergeletak di depannya. Bayangan Ad
pasti. Tidak ada yang akan
kembali tertera di layar. Ia menatapnya sejenak sebelum memutuskan untuk mengabaikannya. Ia tidak bisa berbicar
ar. Setiap tetesan yang jatuh seperti menciptakan kesunyian dalam pikirannya. Entah sudah berapa l
enganggap Lina adalah teman yang tak tergantikan-teman yang selalu ada di saat suka dan duka. Ta
umah, basah kuyup oleh hujan. Ia mengerutkan kening, namun tak mengatakan apa-apa. Adit menghap
etapi juga ada nada khawatir. "Kenapa kamu tidak
, tapi kata-kata itu terasa sia-sia. Semua yang ia inginkan sekaran
jawab Maya dengan tenang, meski hatinya terpekik
terperangkap dalam kebohongan yang telah ia bangun. Ia berjalan m
.." Adit berusaha berkata, namun Maya menahannya dengan ta
al karena aku menemukan semuanya, Adit. Apa kamu pikir deng
un Maya tidak ingin melihatnya. Ia sudah terlalu lam
mengapa aku melakukan itu," suara Adit mulai bergetar. "Lina... dia... b
emuanya. Aku melihat foto kalian. Aku tahu apa yang terjadi. Kalian... ka
nyesal, Maya. Aku akan mengakhiri semuanya. Lina, dia... kami hanya...
buat pilihan juga. Aku tidak bisa terus hidup dengan orang yang sudah menghancu
kacau, tapi ia tidak bisa merasa kasihan. Ia sudah terlalu terluka. Waktu mereka telah
mana, Maya..." kata Adit de
r dari sebelumnya. "Tapi aku tahu satu hal. Aku tidak bisa tin
pertama kali. Maya merasa hatinya hampir kosong, seperti ada luba
hir di sini?" tanya Adit, su
elaskannya, Adit. Tapi aku rasa kita sudah selesai. Aku but
pintu. Sebelum keluar, ia berbalik satu kali, memandang Maya dengan mata pen
menutup pintu dengan suara pelan. Ia berdiri diam, mencerna setiap kata yang b
al dari luka yang tak terobati dan bayangan yang
ambu