BAYANGAN DIANTARA KITA
an waktu. Ponselnya tergeletak di meja, sebuah pesan yang belum dibaca dari Adit masih mengintai di layar. Namun, hari itu, Maya tidak tertarik untuk membuka atau membalasny
n-bayangan masa lalu datang, merayapi pikir
malu yang baru saja pindah ke kota besar. Semua terasa asing, tetapi Lina-dengan kepribadiannya yang ceria dan penuh semangat-membuat
pan, tentang cinta, tentang dunia yang mereka inginkan. Mereka tertawa bersama, berbagi cerita tentang keluarga masing-masing,
atinya ketika Maya merasa lelah dengan pekerjaan atau masalah pribadinya. Mere
ang menyakitkan. Bagaimana bisa seseorang yang begitu dekat denganmu-
jah sahabatnya itu. Tetapi sekarang, semuanya terasa seperti kebohongan besar. Lina telah mengecewakan dirinya lebih dari yang bisa diungkapkan dengan kata
di tengah-tengah gambar yang sudah agak usang, ada potret dirinya bersama Lina-kedua sahabat yang tertawa bersama di pantai pada liburan akhir
ng kuat. Melihat gambar itu membuat Maya merasa seolah-olah ada bagian dari dirinya yang
menjadi serpihan yang terserak, tak bisa ia satukan kembali. Luka yang ditinggalkan Lina terlalu dalam untuk bisa dilupakan dalam waktu singkat.
ana balas dendam yang telah disiapkan dengan hati-hati mulai terasa kosong. Apa yang sebenarnya ia inginkan? Apakah melukai Lina dan Adit aka
i diri kita sendiri. Ia sudah cukup merasa hancur oleh tindakan Adit dan Lina, dan sekarang ia mulai ragu apakah jalan yang ia pilih ada
untuk mencari ketenangan, sesuatu yang bisa menghapus kegelisahan yang mulai menguasainya. Di taman yang sunyi itu, ia duduk di bangku kayu yang me
Maya membuka matanya, dan melihat seseor
olah tahu bahwa Maya sudah tahu segalanya. Untuk sesaat, Maya merasa dunia ini berhenti berputar. Suasana antara
nya terdengar patah. "Aku tahu... aku tahu k
semua luka yang telah ditimbulkan, tetapi ada sesuatu dalam dirinya yang masih ragu. Ada keraguan
a, suaranya sangat lembut, meskipun hatinya teriris
, Maya. Aku tidak pernah bermaksud untuk melukai kamu. Tapi aku tahu,
mulai terbuka, sesuatu yang ia ingin pahami lebih dalam. Rasa sakit itu masih ada
aku lakukan, Lina. Aku sangat terluka. Tapi aku tidak yakin balas dendam adal
g. "Aku mengerti. Dan aku siap untuk
n sosok yang selama ini ia kenal. Dulu, Lina adalah teman yang penuh energi, selalu ada untuknya, selalu mengerti tanp
git bibir bawahnya, mencoba menenangkan perasaan yang hampir tak terkendali. Setiap
berusaha keras untuk tetap tegar. "Aku tahu kamu menyesal, tapi... kita tidak bisa kembal
us rasa sakit yang telah ia timbulkan. Namun, ada satu hal yang masih ia harapkan: bahwa Maya bi
tak terdengar, "Tapi aku tahu itu tidak akan mengubah apa pun. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sangat menyesa
Lina menyesal. Mungkin saja Adit juga merasa bersalah. Tetapi itu tidak mengurangi rasa sakit
aku bisa memaafkan kamu, Lina," Maya berkata perlahan, suara serak. "Tapi aku akan berusah
akan meminta lebih dari itu. Hanya saja, aku harap kita bisa kembali
at, tetapi di sisi lain, ada sedikit kelegaan yang datang bersama keputusan yang diambilnya untuk tidak mengejar balas
Lina," Maya akhirnya berkata, dengan suara yang lebih l
matanya tampak masih dipenuhi air mata yang tersisa. "Ak
pun ia tahu bahwa proses untuk benar-benar sembuh masih panjang. Tetapi yang terpenting, ia mulai mengerti bahwa balas dendam tidak
untuk melupakan pria itu. Maya tahu bahwa ia harus berhadapan dengan Adit suatu hari nanti, untuk membicarakan apa yang terjadi, untuk memberi penutupan bagi pernikahan
i dengan ekspresi yang penuh kecemasan. Ia tahu bahwa saat ini, Maya sedang memproses ba
tatapan penuh harap. Namun, Maya tidak merasa ingin berbicara
tanya Adit, suaranya penuh dengan rasa
Adit dengan tatapan yang sulit dibaca
a. Aku tahu aku telah merusak segalanya. Tapi aku berjanji akan memperbaik
mu bisa berjanji apapun, Adit, tapi itu tidak akan mengubah apa ya
Adit. Semua janji itu terasa kosong sekarang. Bagaimana ia
a Maya pelan, tetapi tegas. "Aku hanya tahu satu hal-ak
ang penuh penyesalan. "Aku akan menunggu,
tuk memaafkan belum tiba. Tetapi yang ia tahu sekarang adalah bahwa ia tidak lagi ingin dihant
meninggalkan ruangan itu dengan hati yang perlahan belajar
ambu