BAYANGAN DIANTARA KITA
pi Adit dengan bukti perselingkuhan yang telah ia kumpulkan-terasa semakin sulit untuk dilakukan. Namun, ia sudah terlalu jauh terperangkap dalam kebohongan dan pengk
pan matanya. Suasana rumah itu terasa asing-sunyi dan kosong, seperti sebuah tempat yang sudah kehilangan tujuannya. Adit men
it bertanya, berusaha terden
enenangkan dirinya sebelum berbicara.
cemas, namun ia berusaha tetap tenan
luarkan sebuah folder berisi foto dan dokumen yang sudah ia kumpulkan. Gambar-gambar itu-gambar Adit dan Li
emua yang aku temukan. Aku tahu tentang kamu dan Lin
s meja. Senyum yang tadinya terlihat di wajahnya menghilang seketika, digantikan
Adit berkata, mencoba terdengar tenang. "Aku bi
Adit? Semua bukti ini lebih dari cukup untuk menunjukkan kebenarannya. Apa lagi yang bisa kamu je
ng tak bisa lagi menyembunyikan rasa bersalah. "Maya, aku..." Suaranya tercekat. "Aku tahu kamu akan
semakin jauh, semakin tidak nyata. Ia melihat bibirnya bergerak, nam
ng hampir tak terdengar, terkejut oleh pengakuan Adi
ghancurkanmu. Aku tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi. Aku... aku sangat egois. Aku terj
seperti kebohongan yang lebih besar lagi. Apa yang Adit katakan, tidak bisa menghapus rasa sakit yang ia rasakan sekarang. Rasa sak
ara Maya terdengar datar, namun di dalamnya ada kekosongan yang dalam
alasan yang cukup baik untuk itu, Maya. Aku hanya... aku hanya manusia yang gagal. Aku... tid
Kamu tahu apa yang lebih buruk daripada melihat foto-foto itu? Itu adalah kenyataan bahwa selama ini aku tidak pernah benar-benar mengenal siapa kamu. Selama ini aku mengira kita bisa melewati se
ia ciptakan sendiri. Rasa sakit yang muncul di mata Maya tidak bisa ia hapus. Ia tahu, semua y
u tahu aku tidak bisa memperbaikinya. Aku sudah menghancurkan segalanya. Aku tidak pantas mendapatkan
an pisau yang semakin dalam menembus hatinya. Pengakuan itu membuatnya merasa tak berday
. "Aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkanmu, atau bahkan melanjutkan hidup bersamamu setelah semua ini. Tapi satu ha
pi ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tetap bergerak. Keputusan yang baru saja ia buat-untuk pergi-adalah langkah pertama menuju kebebasan.
dan sunyi. Namun bagi Maya, hujan itu seakan mencuci luka-lukanya, membiark
erayap-takut akan masa depan yang tak pasti, takut akan langkah selanjutnya.
kebutuhan untuk melepaskan diri dari semua ikatan yang selama ini mengikatnya. Ia tidak ingin berad
ana. Suara detak jantungnya semakin cepat, namun ia tahu bahwa tak ada yang perlu ia bicarakan lebih
idak. Akhirnya, dengan tekad yang bulat, ia menekan tombol "Matikan" tanpa
nar mengakhiri semua ini. Ia tidak ingin meninggalkan Adit begitu saja tanpa mengetahui pe
dit masih duduk, tampak kehilangan arah. Ketika dia melihat Maya masuk, ada ekspresi yang su
hu harus bagaimana lagi. Aku mencintaimu, tapi aku telah menyakitimu dengan cara yang tak bisa d
enghancurkannya." Suara Maya terdengar rendah, namun tajam, penuh ketegasan. "Aku ingin kamu tahu bahwa aku tida
in meminta maaf, namun tidak tahu bagaimana caranya. "Maya, aku... aku ingin kamu tahu, aku tid
a mengatakan itu, Adit? Setelah semua yang kamu lakukan? Bagaimana kamu bisa berharap ada yang tersisa? Aku tidak bi
an kini terasa sia-sia, dan bahkan ia merasa semakin jauh dari Maya. "Aku tidak tahu apa
h menghancurkan segalanya. Kamu tidak tahu arti cinta yang sebenarnya. Cinta bukan tentang menginginkan seseorang saat itu
"Aku harus pergi, Adit. Aku tidak bisa tinggal di sini, di tempat yang telah menjadi kenangan buruk. Aku harus
p setiap kata yang baru saja ia dengar. "Maya... tolong. Jangan p
u sudah memilih jalannya, dan aku harus memilih jalanku sekarang. Maafkan aku, tapi aku tid
anya bisa berdiri diam, terpaku, tidak mampu melakukan apa pun sela
dari rumah itu, menjauh dari Adit, membuatnya merasa sedikit lebih hidup. Meski luka masih ada, meski hatinya masih berdarah
dak akan pernah kembali ke masa lalu. Ia akan menjalani hidupnya dengan cara
ambu