BAYANGAN DIANTARA KITA
usaha sekuat tenaga untuk berpura-pura, hatinya tak bisa menipu perasaannya. Setiap kali melihat Adit, setiap kali berhadapan dengan Lina, ada
ngan baik, mengenakan jas kerja kesayangannya, dan melangkah keluar dari rumah dengan wajah yang tampak
nya terjadi antar
ma kali mengetahui perselingkuhan itu masih sangat segar. Ia belum sia
masuk atau panggilan telepon dari Adit, ia tak bisa menahan diri untuk tidak membuka pesa
rti tidak ada yang salah-tetapi Maya bisa merasakan ada yang berbeda. Mungkin Lina tid
-akhir ini. Sejak percakapan mereka, Adit tampak lebih pendiam dan lebih sering bekerja lembur. Maya curiga, apakah itu karena ra
edang duduk di ruang tamu, memandangi laptopnya. Ketika mendengar suara
capek," kata Adit, mencoba
k. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya lelah," jawabnya singkat
pi ia tidak bisa terus menghindar dari kenyataan.
k melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia
a mereka, dengan harapan menemukan sesuatu-apa saja-yang bisa memberinya jawaban. Ia menarik napas panjang, menyadari bahwa apa yang sedang ia laku
en-dokumen pekerjaan yang tidak terlalu penting. Namun, matanya tertuju pa
dalah foto Adit dan Lina, dalam sebuah perjalanan ke luar kota. Mereka berdua tampak bahagia, tertawa bersama di sebuah restoran kecil, dengan tangan Asakan itu jauh lebih tajam daripada sebelumnya, lebih dalam dari yang ia bayangkan. Semua kenangan indah tentang per
bohongan yang telah berjalan lama. Foto-foto ini adalah bukti bahwa Adit dan Lina telah jauh lebih dari se
ah begitu saja. Ia ingin tahu lebih banyak. Ia ingin tahu sampai di mana kebohon
i bertemu dengan Adit, ketika mereka masih muda dan penuh dengan harapan. Mereka pernah berjanji untuk selalu bersama, saling mendukung dan
sekarang Maya tahu bahwa ia sedang mempertanyakan semu
luar, mencoba meresapi setiap tetesan hujan yang jatuh. "Apa yang harus aku lakukan, Tuhan?" pikirnya. Ia merasa kosong, bin
uk mencari kebenara
n Lina, ia merasa dunia di sekitarnya seolah berputar terbalik. Apa yang mereka miliki? Apa yang membuat Adit begitu tertar
lah terjebak dalam lingkaran tak berujung yang hanya bisa ia hadapi sendirian. Namun, r
h banyak tentang hubungan Adit dan Lina, bahkan jika itu berarti ia harus melangkah leb
api. Maya tahu bahwa Lina adalah titik lemah, satu-satunya orang yang bisa memberikan jawaban yan
Lina. Dengan hati yang berdebar, ia mengirim pesan, menga
membalas dengan antusias. "Tentu, Maya!
dari biasanya, namun tak ada yang menunjukkan bahwa hatinya sedang bergejolak.
familiar dan hangat. Maya berusaha tersenyum, namun dalam hatiny
il duduk di seberang meja. "Apa kabar? Aku m
banyak hal yang mengganggu pikiranku," jawab Maya, be
mu lagi ada masalah apa, sih? Kalau
kan percakapan biasa. "Lina... aku ingin tanya sesuatu yang aga
mun ia menunggu. "Tanya
ang ingin meledak. "Kamu dan Adit... kalian
lai pudar, digantikan oleh raut wajah yang sulit dibaca
Aku tahu segalanya, Lina. Aku tahu tentang foto-foto itu. Aku tahu kalian berdua leb
ri mana. Maya bisa melihat tangan Lina yang gemetar, dan itu membu
dengan suara rendah. "Aku... aku tidak tahu harus bagai
ggi. "Jadi kamu mengaku? Kamu dan Adit benar-benar seli
Aku tidak merencanakan ini. Aku tidak tahu kenapa Adit bisa jadi seperti itu. Kami..." Lina menelan ludah, terlihat bingung menca
cun yang perlahan mengalir dalam darahnya. "Kamu tahu, Lina, aku sangat percaya padamu. Aku selalu menganggapmu sau
segalanya. Aku hanya tidak bisa menghindar dari perasaan itu. Adit... dia berbeda. Kami berdua memiliki kenanga
iris hatinya. Ia mencoba menahan tangis yang mulai mengancam, namun ia t
Maya, suara seraknya hampir tidak terdengar. "
yesal, Maya. Aku tidak ingin menyakiti kamu. Tapi aku tah
ya terbelah. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Semu
natap Lina terakhir kali, sebelum akhirnya berjalan keluar
ia bangun bertahun-tahun, kini hancur berkeping-keping. Dan kini, Maya tidak ha
embiarkan luka ini menguasai hidupnya. Ia akan menemukan cara untuk memba
ambu