icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Siapa Ayah Anakku?

Bab 10 Grace di Serang

Jumlah Kata:1113    |    Dirilis Pada: 31/10/2024

cilnya kembali muncul, memperlihatkan saat-saat kelam di mana ia menikam ayahnya sendiri hingga tewas. Darah y

. Keringat dingin membasahi wajahnya, matanya melirik ke sekeliling ruangan seo

gannya bergetar saat mencoba menghapus air mata yang mulai menggenang, seolah menghapus dosa yang tak pernah

han kaca terdengar b

annya untuk melawan penjahat, cengkramannya erat di gagang senjata itu. Berdiri tegar di tengah kamar, Grace mema

sepatu yang berat menginjak lantai kayu semakin mendekat. Grace mengerut

rah pintu. Ia tahu siapa yang ada di balik itu semua. Setiap sudut ruangan itu telah dipasangi k

serangan dari luar. Grace mundur selangkah, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Namun, tidak ada rasa takut di ma

dalam kamar, terdengar dingin dan penuh dendam. Ia mengangkat tongkatnya, memp

pu melawan mereka di saat k

sekeliling. Di sampingnya, beberapa anggota setianya berdiri dengan penuh kewaspadaan. Salah sat

nggal jaksa itu," kata Alcos dengan nada penuh kepastian. Matanya m

endengar informasi kalau jaksa itu bisa bela diri. Dia dikenal selalu bertindak kasar terhadap sasarannya.

asil melawan sejumlah pria yang kita kirim. Dia tidak akan lolos," jawab Alcos denga

ekatinya. Permalukan dia dan buat dia tidak bisa mengangkat kepalanya lagi," perintahnya dengan nada dingin yang tajam, matanya berbinar penuh kebencian. "Se

kesetiaannya pada perintah Raymond. "

erak cepat dan senandung napas berat. Grace tak menunjukkan sedikit pun rasa takut. Di tangan kanannya, ton

ka mundur, merintih kesakitan."Bruk! Bruk!" bunyi tongkatnya bertubi

nya. Sejenak Grace kehilangan keseimbangan, tapi tatapannya masih penuh api. Melihat sa

n cepat, Grace beralih fokus ke pria yang memeluknya. Ia lalu menginjak keras kaki pria itu. "Brak!"

anggun, lalu menendang wajah pria itu. "Dus!" Pria itu terhuyung

lumnya mulai terasa lagi. Sesak menyerang dadanya seperti tusukan belati. Napasnya tersengal, dan dia hampir berlutut,

bih unggul," ucap salah satu anggota Raymond dengan nada me

us kalian, bukan?" tanyanya dengan napas yang berat. "Dia juga yang mem

ya aku jujur. Benar, semuanya adalah perbuatan tuan kami. Dan dia melempar kesalahan itu kepada gangster itu

an giginya. "Walaupun aku mati malam ini, aku

ti?" tanyanya sambil menghunuskan pisaunya

tu per satu tanpa peduli rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Gerakan Grace semakin ganas, lincah seperti angin badai yang tak terbendung. Set

ngan sigap, menghindari serangan itu. Lalu, tanpa membuang waktu, tongkat besinya kembali melayang dan menghantam lengan pria itu. "Brak!"Pisau itu terlepas da

n diri di atas pecahan kaca. Sementara itu, Grace berdiri terengah-engah, t

darah hingga menetes ke lantai. Rasa sakit sem

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka