Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi
apa Parut Unt
sih Uang Ta
: Lusia
*
iam, lalu me
h itu tidak tidur, semoga hari esok
in," j
Imam, usia 41 tahun. Kami dikaruniai tiga o
ipanggil Indra dan yang bungsu, Nayla Sukma. Kami dari keluarga k
g masih belajar. Dan kadang aku yang jadi hel
tuskan untuk mencoba belajar menulis novel. Karena masih baru pertama kali terju
ukan Anak
emi sedikit mencari tema, judul dan merangkai kata demi kata menjadi sebu
dilakukan oleh seorang lelak
ku ini perempuan. Keadaan yang me
bersama Suami dan Anak yang bungsu.
eknya saat melewati warung. Ha
nya uang ya?" bujukku semba
ari melihat kearah warung yang menye
n seribu rupiah pun aku tak
ita cari uang dulu y
ggukan si bung
gan, kucium pucuk kepalan
saja karena beban hidup yang harus kujalani bersama keluargaku begitu berat, usaha apa p
ra enam puluh ribu perhari, dari sisa belanja aku investasikan untuk arisan emas perhari dua puluh lima ribu, ketika
malah marah-marah dan memperkarakan aku, tetapi a
ng yang pengecut, ia tak bera
erjualan online, alhamdulil
nda penghasil uang harus rusak. Alhasil aku berhenti berjualan online, dan pela
fft
kan nafasku, aku tak menyadari kehadiran sese
, Adek?" sa
Tante," jawabny
erja ya, ya udah jangan
h ya, Tante mau ke
jan," sahutnya seraya menyo
repot, adek udah makan kok
apa-apa, Mba
menerima pember
anyak lejeki, amiin. Makasih Ya Allah
ik," balasnya sambil diusap
ersenyum. Ada keban
lihat begitu ceria. Tak dapat kupungkiri, hatiku pu
lanjutkan perjalana
asti kami melangkahkan kak
, ternyata Engkau maha
🌺🌺
Rani sama Indra sudah makan," uj
uk Mbak dan ini untuk Mas," kata Nayla sa
, Dek," jaw
!" pamitku sambil mengge
a," sa
*
3 kaleng, susu juga habis, kita nggak
dulu. Siapa tau boleh
an mengambil pon
la, kopi, sabun sama mie instant.] Aku meng
ng
Te, datang aja ke warung
sih banyak ya
membalas emo
ah," ucapku,
carik kertas dan pulpen unt
sa ngutang dulu
ap, bo
illah," s
warung dulu. Ini ca
nya, Ma?"
udah wa tadi," jawabku
ya Ma," ren
ang, jauh ntar
li pelme
ti beli
" teriakny
melihat tingkahnya
warung kan?" tanya Dewi, janda tetangga ujung yang julid
gutang? Toh aku nggak kan mint
Aku tuh kasihan sama Suaminya Mbak!" sahu
h!" bentakku, ia seolah menunjukkan simpatinya un
Dewi. Lalu dengan wajah tak peduli, ia masuk
Urus aja urusanmu sendiri!" usirku kepada Dewi, ia membalas tatapank
melangkah semakin jauh, tetapi aku
aku mati, aku tak akan mundur selangkah pun! Mengerti kamu!" hardikku seraya berdiri
hatanku dalam menah
akuannya. Kuhirup nafas dalam
duduk untuk menetralk
adzim ada-ada aja,"
sam