MELEPAS JERAT SUAMI PARAS(H)IT
ruan. Beban masalahnya seolah tidak ada habisnya, masalah dengan Damar ditambah lagi
ebih teliti. Kamu tahu, kan, betapa pentingnya laporan ini?" suara tajam supervisornya, Pak Aris, ke
h data yang sama yang sudah saya serahkan dua hari lalu." Elmi mencoba
profesional? Selalu saja kamu mencari alasan." Pak Aris menggebrak meja, membuat Elmi terdiam dengan jantung yang makin berdebar kencang.
i, tetapi juga karena ketidakadilan yang dia rasakan. Dia tahu ada sesuatu yang salah. Selama
inya. Semua ini karena Elmi hanyalah lulusan universitas lokal. Berbeda dengan mereka yang rata-rata lulusan luar negeri. Namun, ironisnya, kemampuan Elmi jauh di atas mereka. Banyak
lahnya. Nia adalah satu-satunya orang yang masih bersikap baik padanya. Meskipun terkadang Ni
"Aku nggak apa-apa, Ni
, El. Mungkin Pak Aris lagi stres karena
untuk direvisi, aku tidak pernah menerima instruksi itu. Tapi Pak Aris bilang aku y
"Aku ngerti, El. Memang kadang-kadang ada hal yang nggak bisa kita ko
ujur seperti dirinya justru selalu disalahkan, sementara orang-orang yang hanya pandai bersilat lidah dan bermuka dua se
esaikan tugas yang ada di depannya. Rekan-rekan lain yang sesekali memperhatikan dari jauh tidak bisa menyembunyikan rasa cemburu mereka. Mereka tahu Elmi ada
Elmi menatap layar komputernya dengan rasa tidak percaya. Bagaimana bisa data yang sudah dia periksa dengan teliti, tiba-tiba menjadi penuh kesalahan? Elmi m
Elmi bergumam pada dirinya sendiri. Dia tidak pernah
nnya. Dia merasa marah sekaligus takut. Kalau ini terbongkar, pasti dia yang akan
atu menjadi satu. Dia tahu bahwa kejujurannya kini sedang diuji. Dan dia juga ta
baru saja selesai. Lelah dengan urusan kantor, Elmi berharap
nnya terasa penuh dan kepalanya berdenyut hebat. Semua masalah yang menumpuk sepanjang hari seakan menggantung di atas kepalanya
ekas minuman tumpah di lantai, dan beberapa bungkusan makanan tercecer. Dia mendesah pelan, pandangannya m
stafel penuh dengan tumpukan piring, gelas, dan sendok yang belum dicuci. Beberapa tetes saus dan sambal j
uanya. Pasti ada acara arisan yang tiba-tiba, dan tanpa peduli dengan kondisi rumah, ibu Damar langsung mengundang tem
visi dibiarkan menyala suaminya itu tampak asyik bermain game dengan wajah serius seolah-olah tidak ada masala
ada kesal dalam suaranya. Damar menoleh seb
a tanpa mengalihkan pa
antakan begini," Elmi berusaha tetap tenang, mengucapkan
jawab Damar santai sambil terus menekan tombol-tombol di
a. Seperti biasa, semuanya akan menjadi tanggung jawab Elmi. Tidak peduli
Tapi, saat menuju ruang kamarnya, dia melihat ibu mertuanya sedang tidur nyenyak di
enutup pintu kamar pelan-pelan, berusaha untuk tidak membangunkan ibu mertuanya. Setelah berganti paka
segera membersihkannya, esok pagi rumah ini akan semakin kacau. Elmi meraih spons dan sabun pencuci piring, lalu mulai membersihkan piring
au kelelahan istrinya. Setelah selesai dengan piring-piring di wastafel, Elmi beralih ke meja makan, membersihkan sisa-sisa m
habis terkuras. Kepalanya masih berdenyut sakit, tapi setidaknya, rumah sedikit lebih rapi se
i kan Ibu yang mau beresin," kata Damar yang tiba-tiba ber
"Aku cuma nggak mau rumah ini berantakan, Dama
k peduli. "Ya udahlah, istirahat
, di matanya, masalah ini lebih dari sekadar rumah yang berantakan. Ini tentang perasaan diabaikan, ti
*