MELEPAS JERAT SUAMI PARAS(H)IT
ggeser kasar, melebarkan kaki putih Elmi yang j
menatap langit-langit kamar yang gelap, sementara desah napas Damar terdengar berat di telinganya. Tangan
n-pelan," suaranya lirih berg
nnya membuat tubuh Elmi semakin meringkuk. Air mata Elmi mulai menggenang di sudut matanya, menyesakkan dada yang sudah penuh de
sakit itu nyata, terus menghantamnya berulang kali tanpa ampun. "Damar, pelan sedikit .
perasaan yang ingin ia muntahkan keluar. Rasa perih di hatinya jauh lebih menyakitkan daripada rasa sakit yang menjala
nduk, dan berjalan menuju kamar mandi, meninggalkan Elmi yang masih tergeletak kaku. Elmi menarik selimut, menutupi tubuang rasanya sesakit ini?" Pertanyaan itu menggantung di udara, t
ukan berarti dia bisa bersantai
nya. Matahari baru saja terbit, tapi dapur sudah ramai dengan aroma masakan. Dia telah ba
apa dengan senyum tipis saat
anita paruh baya itu duduk di kursi sambil mencebik pelan, lalu menatap pi
g Ibu minta kemarin. Dan ada omelet keju untuk Damar," jawab Elmi ha
nya pasti layu karena dimasak terlalu lama. Dan omelet keju ini-" Wanita itu mengambil po
agi, mencoba segala cara untuk membuat sarapan yang terbaik. Tapi, la
lagi besok," ucap Elmi pelan. Kata-ka
rumah tangga kami yang dulu. Dia bahkan lebih tahu selera keluarga ini dibanding kamu," kata I
kan hanya rasa sakit karena lelahnya yang tak dihargai, tapi juga ka
ke meja makan, lalu ke wajah Elmi yang pucat. Tanpa berkata a
bukan?" tanya ibunya, menatap p
la aku suka asin. Elmi, tolong buatkan kopi," katanya
h ke dapur untuk menyembunyikan kes
agai seorang istri. Kata-kata itu seolah meresap ke dalam setiap pori-porinya, membuatnya merasa semakin kecil dan tak berarti. Tangannyati bawakan kopinya ke ruang tengah." Ucap Damar l
us belajar lebih keras, Elmi. Menjadi istri yang baik itu bukan sekada
t menindihnya semakin dalam. Setelah ibu mertuanya juga meninggalkan meja, Elmi tetap berdir
r aduk. Ini adalah rumah yang dibeli dari uang warisan orang
tinggal dengan Damar dan Elmi. Sebenarnya Elmi tidak keberatan, masalah utamanya adalah Damar berdusta bahwa rumah i
!" Suara Damar membu
uk. Hari-hari seperti ini semakin sering terjadi, terutama sejak Damar kehilangan pekerjaannya dua tahun lalu
r. "Maaf, ini kopinya."Saat dia menyerahkan kopi it
seperti seorang pelayan yang menunggu instruksi lebih lanjut. Ibu Damar masih menatapny
tu bicara datar lalu berbalik cepat menuju
ghidupkan televisi tanpa benar-benar menonton. Tatapannya kosong,
dengan hati-hati, "a
matikan suara televisi.
nya. "Ibumu masih berpikir kalau rumah ini hasil kerja kerasmu. Padahal semua ini dari uang orang tuaku.
mulai berdebat lagi? Aku sudah bilang, aku akan cari pe
ampir tiga tahun, Damar. Kita tidak bisa terus begini. Aku juga yang harus menanggung
sudah mencoba segalanya! Ini bukan salahku kalau cari kerja masih suli
a keluargamu sendiri." Elmi berusaha menahan getaran di sua
u ingin bilang sama Ibuku kalau aku ini pengangguran yang hanya mengandalkan
hati dan pikirannya. "Aku hanya ingin kita jujur satu sama lain, dan pada keluargamu. In
mu benar. Mungkin aku ini tidak berguna. Tapi jangan pikir a
ak pernah berma
tongnya. "Aku mau keluar sebent
aku di ruang tengah yang hening, matanya terpejam menahan air mata yang ingin tumpah. Rasa muak ini semakin menghancurkan merek
ti tumpukan masalah yang belum terselesaikan. Dengan tangan gemetar, dia mulai membersihkan, mencoba menghila
*