LUKA DI ANTARA KITA
ari yang tampaknya akan berjalan seperti biasanya-tenang, damai, dan penuh rutinitas. Alya bangun lebih awal, seperti biasa. Ia melangka
ia selalu pulang tepat waktu untuk makan malam bersama Alya. Mereka berbicara tentang hari mereka, tertawa, dan berbagi cerit
nikahan. Tapi, ada hal lain yang lebih sulit ia abaikan. Dina, sahabat dekatnya, mulai muncul terlalu sering dalam kehidupan mereka. Dina dan Alya sudah bersahabat sejak lama, bahkan
sedang sibuk di dapur. Awalnya, Alya tidak memikirkan hal itu terlalu jauh. Dina selalu menjadi sahabat yang perhatian, selalu ada saat ia but
mereka berdua sedang minum teh di teras rumah. "Dia tampak
i gedung yang sama, meskipun di divisi yang berbeda. Tapi cara Dina menyebutkan nama Raka bela
awab Alya, mencoba mengabaikan perasaan
mata mereka kadang-kadang bertemu dalam momen yang terasa canggung. Alya berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya ada di kepalanya, bahwa ia terlal
Alya merasa tidak nyaman. Suatu malam, ketika mereka sedang berbari
a bilang ketemu kamu di kantor?" t
n. Ngobrol sebentar aja," jawab Raka, t
wab Alya cepat, mencoba men
Jangan terlalu banyak mikir yang nggak-nggak, ya? Din
dalam kehidupan mereka, dan meskipun ia tak bisa menjelaskannya, Alya tahu b
u yang lebih gelap di baliknya. Alya ingin mempercayainya-mempercayai bahwa semua ini hanyalah perasaannya yang terlalu sensitif. Namu
g sedang terjadi dalam kehidupannya. Pernikahan yang dulu ia anggap sempurna perlahan-la
ntuk Raka. Pancake kesukaan suaminya tersaji rapi di meja, lengkap dengan secangkir kopi hitam yang masih meng
buka percakapan. Ia duduk di seberang Raka dan memp
" jawab Raka sambil meminum kopi tanpa benar-benar me
ali terjadi. Biasanya, pagi mereka selalu penuh dengan obrolan ringan tentang pekerjaan,
ja. Namun, Alya bisa merasakan sesuatu dalam ciuman itu terasa berbeda. Dingin, tanpa kehangatan seperti
ya ketakutannya yang berlebihan, ataukah memang ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh suaminya.
dia?" gumamnya pelan, le
pi, perasaan ganjil itu terus menghantuinya. Setiap detik terasa lambat, dan tiap detak jam di dindi
ponselnya sejenak sebelum mengangkatnya. Ada perasaan tak nyama
k?" tanya Dina dengan sua
m meskipun Dina tak bisa meli
Udah lama kita nggak makan bareng, kan?" ajak
ia abaikan. Berada di dekat Dina akhir-akhir ini selalu menimbulkan perasaan tidak nyaman. Tapi, d
tempat biasa aja, ya,
Dina kali ini akan berbeda. Mungkin tidak secara langsung, tapi ada sesuatu yang ingi
wajah ceria. Seperti biasa, sahabatnya itu terlihat menawan, dengan senyum yang membuat siapa
sekarang?" tanya Di
s rumah," jawab Alya
m hidup masing-masing. Tetapi, sepanjang percakapan, Alya tak bisa lepas dari perasaan bahwa ada sesuatu yang Dina sembunyi
a-tiba berubah serius, m
nya Alya, berusa
erti Raka," kata Dina, menatap Alya dengan sorot mat
u, seolah-olah ada makna lain di balik kata-katanya. Alya menatap sah
Alya pelan, senyum di
Raka masih sepenuhnya miliknya, ataukah
ambu