LUKA DI ANTARA KITA
pa kali ia baca ulang tanpa benar-benar memperhatikan jalan ceritanya. Pikirannya melayang pada pertemuan siang tadi dengan
gan tas kerja yang disampirkan di bahu dan dasi yang sudah sedikit longgar. Ia melemp
banget," kata Raka sambil merentang
enyum datar. "Aku baik.
akan TV dan mulai mencari-cari s
nya masuk ke kamar untuk mandi, Alya mengambil ponselnya dan mulai memeriksa pesan-pesan yang belum ia buka. Ada beberapa pesa
esok, kan? Aku tung
imkannya ke nomor yang salah-seharusnya pesan itu untuk Raka. Tempat biasa? Ketemu besok? Hatibol "balas" di ponsel dan
Jam b
dang membalas sebagai Raka. Detik-detik berlalu dalam keheningan,
am. Jangan
gan Dina siang tadi, cara sahabatnya memuji Raka, pesan singkat ini-semuanya mula
ya, mengeringkan rambutnya yang basah. Ia tampak santai, sama sek
" tanya Alya dengan suara tena
sambil mengangkat alis. "Besok?
enyembunyikan kegelisahannya. "
berputar. Ia tak ingin terlalu cepat berasumsi, tapi fakta bahwa Dina berencana bertem
tuskan untuk tidak mengatakan apa pun dulu, membiarkan semuanya berjalan hingga ia mendapatkan bukti yang cukup. Jika memang ada sesuatu
ap. Raka mengucapkan pamit dari ruang tamu dengan alasan harus kelu
Alya dengan senyum penuh a
elum pergi. Setelah pintu tertutup, Alya menga
e kecil di sudut kota-tempat yang Dina sebut sebagai "tempat biasa." Ia melihat Raka turun dari mobil dan masuk ke dal
nya, seseorang yang ia percaya selama bertahun-tahun, duduk di meja yang sama dengan suaminya, tersen
eketika berubah menjadi
rbincang sambil tersenyum-senyum yang seharusnya hanya untuknya. Seiring waktu berlalu, mereka ter, dan suami yang ia cintai, bisa melakukan ini di belakangnya? Di depannya, Raka mencondongkan tubuh ke de
an ini? Apa yang salah
akinya terasa kaku, tidak mampu bergerak. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan-apakah ia h
dan Dina semakin tenggelam dalam percakapan, bahkan di beberapa momen, tangan Raka dan Dina salin
melihat mereka berdua berdiri dan meninggalkan kafe. Ia terus memperhatikan dari kejauhan saat Raka mengantar Dina menuju mobiln
menahan rasa sakit yang mengoyak hatinya. Tanpa suara, ia menghidupkan mobil da
akang oleh dua orang yang paling ia percayai membuat seluruh hidupnya terasa runtuh. Sesampainya di rumah, Alya tak tahu
ah tenang, seolah tidak ada yang terjadi. Ia menanggalkan jaketnya dan melempa
sayang?" tanya Raka
banyak amarah dan kekecewaan yang ingin ia luapkan, tapi tenggorokannya terasa tersumbat. Ia ha
gak bisa tidur,
biasanya menenangkan, tapi malam ini terasa seperti kebohongan. "K
n senyum kecil
r pulas, mendengar setiap helaan napas suaminya yang terdengar begitu damai, se
ka yang tak bisa disembunyikan lagi. Tapi apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus menuntu
t kamar, bertanya-tanya bagaimana pernikahan yang du
Pertanyaan terbesar yang terus bergema di benaknya adalah: apakah ia siap m
ambu