30 Days Lover
da setenang mungkin. Meski begitu jantungku berdebar kencang. Tak pern
perlahan turun lagi. "Apa maksudmu, Rayhan? Kamu mau kita putus? Sekarang?" Suaranya m
asar. "Dengar, aku sudah menjelaskan dari awal kalau aku tidak bisa menjalin hubung
han. Aku pikir kamu tulus saat mengatakan sayang padaku!" Air mata mul
imu harapan palsu, Liana. Aku juga tidak ingin menyakiti
membuat piring dan gelas bergetar. "Kau pikir aku
gertilah..." Aku berusaha menena
, keras hingga terasa panas. Aku terperangah, t
amkan isinya ke wajah dan kemejaku. Cairan merah pekat itu membasahi
ku!" Liana berteriak histeris. Ia membanting gelas hingga pecah berhamb
pergian Liana dengan perasaan campur aduk. Rasa bersalah, malu, dan jengkel bercampur
uhan wanita kucampakkan dengan cara yang sama. Biasanya aku bisa langsung menepis rasa bersalahku, tapi entah kenapa
pandangan menghakimi dari para pengunjung lain, juga bisik-bisik yang men
engan noda anggur di mana-mana. Kemeja putihku juga kini ternoda kemerahan. S
jalan hidup yang kupilih? Akankah aku selalu seperti ini, melompat dari
aku kembali memutuskan pacar. Nasihatnya yang tak pernah bosan kudengar,
memilih jalanku dan akan ku jalani sebaik mungkin. Hubungan asmara hanya membaw
toilet dengan dagu terangkat. Masa bodoh dengan mereka yang m
eja yang basah oleh anggur, juga serpihan gelas yang berserakan. Aku me
g dipecahkan Liana, aku bergegas menuju pintu keluar. Aku s
ng wanita yang baru masuk. Aku terhuyung sedikit, ta
enyadari posisi kami yang cukup intim. Wajahku spo
angnya tergerai indah bak sutra, dengan wajah bak bidadari yang dihiasi sepasang mata coklat bening, hidung mancung, dan
da kecantikan dan auranya yang memukau. Sampai kemudian dia bersuara
kata-kata. "Eh, oh, i-iya. Mmm, kalau begitu saya permisi d
u menahanku. "Tunggu! Kemejamu... terkena noda anggur?
ikit... kecelakaan," jawabku diplomatis, tak mau m
sebaiknya kau segera menggantinya sebelum nodanya
rannya, mmm..." Aku menggantung kalim
a itu mengulurkan tangannya sambil t
n tangannya. Sentuhan kulitnya yang lembut bagai sengatan listr
terlihat semakin manis. "Senang juga berkenalan denganmu, Rayhan. Sa
kenapa merasa kikuk sekaligus bahagia bisa mengobrol dengannya. "Ba
angguk dan melambaikan tangan. "Se
jalanan menuju tempat parkir, di mana mobilku berada. Rasa kesal dan kacau setelah put
apa yang terjadi denganku? Aku merasa seperti remaja tanggung yang sedang kasm
ing saat membaca pesan singkatnya yang penuh umpatan kasar dan makian. Tapi anehnya,