icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

30 Days Lover

Bab 5 Pemandangan Terlarang

Jumlah Kata:1729    |    Dirilis Pada: 18/06/2024

Jantungku berdegup kencang, mencari sosok wanita yang sudah membua

ungu mendominasi interior restoran yang berada di lantai 56 salah satu gedung tertinggi di Jakarta ini. Dinding kaca

midi warna marun gelap tanpa lengan membalut tubuh indahnya dengan sempurna. Rambutnya digelung rapi denga

melangkah menghampirinya. Tanpa sadar aku

," sapaku begitu tib

engembang begitu melihatku, membua

a kamu datang juga." Ald

tenang mungkin. Aroma parfum Alda yang lembut menguar, memenu

mbat. Jalanan macet par

. "Santai saja. Aku j

u lalu mundur lagi dengan sopan. Aku dan Alda sama-sama membuka

a?" tanya Alda set

ku ikut kamu saja deh. Ka

steaknya enak. Kamu suka s

an steak saja. Minumnya..

lagi dan menyebutkan pesanan kami. Sang pela

a? Sudah sampai mana?" tany

kamu kasih," jelas Alda. "Oh ya, tim aku malah ada ide bar

at berbicara. Matanya berbinar-binar, jemarinya dengan ekspresif ikut menggambarkan apa yang dia katak

ngan nikmat, masih diselingi obrolan ringan. Aku semakin terpesona

pat," pujiku setelah suapan t

au mau makan steak, kita ke s

i Alda mengharapkan ada acara

ikmati momen kebersamaan kami. Ragu karena... apakah aku siap membuka hati lagi? Membiarkan Alda masuk dan men

meraih tanganku di atas meja dan menggenggamn

diam?" tanyanya lembut. Ada kekhawat

an. "Nggak apa-apa kok. Cuma... tib

i dia tak mendesakku lebih jauh. Tangannya masih menggenggam

erlahan, keraguanku mencair. Aku balas menggenggam tangannya, m

mberi kesempatan pada diriku sendiri untuk kembali mencintai. Da

n yang menyelimuti kami. "Mmm..

elum sempat memesan tak

a. Aku bawa mobil k

a! Aku nggak enak kalau ngerepotin,

sekali nggak ngerepotin

enuntun Alda menuju mobilku yang terparkir di basement. Dengan gentle

nyaku begitu mobil meluncur m

arya Stephen King. Aku penggema

saja sudah membuatku bergidik. Tapi aku tak mau kelihatan payah di depan Alda.

nya hingga menghadapku. "Benarkah? Buku favoritmu ya

enar-benar tahu. Kalau ketahuan bisa malu nih! Otakku berpikir ce

lis yang disekap fansnya itu," jawabku sekenanya, me

menggebu-gebu. "Eh, gimana kalau kapan-kapan kita tukeran koleksi buku? Aku

ekarang Alda bakal mengira aku ini penggemar berat Stephen

apan. Tapi jujur saja, koleksiku nggak banyak

apan-kapan. Aku punya perpustakaan kecil khusus buku-buku

apa yang bisa menolak kesempatan langka bertandang ke

a. Aku memandangi bangunan menjulang itu, membayangkan Alda ada di sala

kan kopi," tawar Alda seak

caya dengan pendengaranku.

Sekalian aku tunjukin koleksi buku

bil dan mengekori Alda memasuki lobi apartemen. Dengan degup jantun

ebelah kiri dan berhenti di depan pintu bernomor 805.

," ujarnya mem

sung menyambutku. Sofa biru navy tampak kontras dengan meja dan rak didominasi w

rapi dan cantik

tetap hangat," jelas Alda. "Tunggu sebentar y

rkan pandangan, mengagumi interior apartemen Alda yang cantik. Mataku tertumbuk pada sebuah pigura besar berisi

begitu menyenangkan dan positif. Rupanya

dan kemeja lengan pendek. Aku menelan ludah. Astaga, bahkan dengan baju sesantai itu pun Alda tetap t

elangkah ke dapur open-space. Aku mengangguk dan berusaha tidak

a mug. Dia meletakkan satu mug di hadapanku. Ar

k sebelum menyesapnya. Rasa pahit bercampur m

yum penuh arti. "Ayo, kutunjukkan ruang

Ruangan itu dipenuhi rak-rak tinggi berisi buku-buku. Ada meja kerja di dekat jendela dengan laptop dan tumpuk

kelilingku. "Aku seperti masuk toko

g gila buku," akunya tanpa malu. "Rak yang di sana itu

mpang. Benar saja, semuanya karya Stephen King. Ada puluhan

ng" yang bahkan tak tahu 90% karya-karyanya. Alda bisa menganggapku pem

ub. "Ada beberapa judul yang

mu mau. Nanti bisa kamu bawa

h, jadi nggak enak. Nan

s itu buku favoritku. Itu edisi eksklusif, susah ba

yang dimaksud Alda. Sial, kenapa harus di rak pal

buku itu. Gerakan Alda membuat ujung piyamanya sedikit terangkat, memperlihatkan paha

Alda oleng, keseimbangannya goyah. Tangan

wa

melukku. Tubuh kami saling menempel erat. Kurasakan detak jantungnya yang memburu, j

an. Aku bisa merasakan kelembutan tubuh Alda, juga kehangatan yang menguar darinya. Sen

aat memeluk wanita manapun. Rasanya... rasanya hatiku mengha

" bisikk

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka