30 Days Lover
Jantungku berdegup kencang, mencari sosok wanita yang sudah membua
ungu mendominasi interior restoran yang berada di lantai 56 salah satu gedung tertinggi di Jakarta ini. Dinding kaca
midi warna marun gelap tanpa lengan membalut tubuh indahnya dengan sempurna. Rambutnya digelung rapi denga
melangkah menghampirinya. Tanpa sadar aku
," sapaku begitu tib
engembang begitu melihatku, membua
a kamu datang juga." Ald
tenang mungkin. Aroma parfum Alda yang lembut menguar, memenu
mbat. Jalanan macet par
. "Santai saja. Aku j
u lalu mundur lagi dengan sopan. Aku dan Alda sama-sama membuka
a?" tanya Alda set
ku ikut kamu saja deh. Ka
steaknya enak. Kamu suka s
an steak saja. Minumnya..
lagi dan menyebutkan pesanan kami. Sang pela
a? Sudah sampai mana?" tany
kamu kasih," jelas Alda. "Oh ya, tim aku malah ada ide bar
at berbicara. Matanya berbinar-binar, jemarinya dengan ekspresif ikut menggambarkan apa yang dia katak
ngan nikmat, masih diselingi obrolan ringan. Aku semakin terpesona
pat," pujiku setelah suapan t
au mau makan steak, kita ke s
i Alda mengharapkan ada acara
ikmati momen kebersamaan kami. Ragu karena... apakah aku siap membuka hati lagi? Membiarkan Alda masuk dan men
meraih tanganku di atas meja dan menggenggamn
diam?" tanyanya lembut. Ada kekhawat
an. "Nggak apa-apa kok. Cuma... tib
i dia tak mendesakku lebih jauh. Tangannya masih menggenggam
erlahan, keraguanku mencair. Aku balas menggenggam tangannya, m
mberi kesempatan pada diriku sendiri untuk kembali mencintai. Da
n yang menyelimuti kami. "Mmm..
elum sempat memesan tak
a. Aku bawa mobil k
a! Aku nggak enak kalau ngerepotin,
sekali nggak ngerepotin
enuntun Alda menuju mobilku yang terparkir di basement. Dengan gentle
nyaku begitu mobil meluncur m
arya Stephen King. Aku penggema
saja sudah membuatku bergidik. Tapi aku tak mau kelihatan payah di depan Alda.
nya hingga menghadapku. "Benarkah? Buku favoritmu ya
enar-benar tahu. Kalau ketahuan bisa malu nih! Otakku berpikir ce
lis yang disekap fansnya itu," jawabku sekenanya, me
menggebu-gebu. "Eh, gimana kalau kapan-kapan kita tukeran koleksi buku? Aku
ekarang Alda bakal mengira aku ini penggemar berat Stephen
apan. Tapi jujur saja, koleksiku nggak banyak
apan-kapan. Aku punya perpustakaan kecil khusus buku-buku
apa yang bisa menolak kesempatan langka bertandang ke
a. Aku memandangi bangunan menjulang itu, membayangkan Alda ada di sala
kan kopi," tawar Alda seak
caya dengan pendengaranku.
Sekalian aku tunjukin koleksi buku
bil dan mengekori Alda memasuki lobi apartemen. Dengan degup jantun
ebelah kiri dan berhenti di depan pintu bernomor 805.
," ujarnya mem
sung menyambutku. Sofa biru navy tampak kontras dengan meja dan rak didominasi w
rapi dan cantik
tetap hangat," jelas Alda. "Tunggu sebentar y
rkan pandangan, mengagumi interior apartemen Alda yang cantik. Mataku tertumbuk pada sebuah pigura besar berisi
begitu menyenangkan dan positif. Rupanya
dan kemeja lengan pendek. Aku menelan ludah. Astaga, bahkan dengan baju sesantai itu pun Alda tetap t
elangkah ke dapur open-space. Aku mengangguk dan berusaha tidak
a mug. Dia meletakkan satu mug di hadapanku. Ar
k sebelum menyesapnya. Rasa pahit bercampur m
yum penuh arti. "Ayo, kutunjukkan ruang
Ruangan itu dipenuhi rak-rak tinggi berisi buku-buku. Ada meja kerja di dekat jendela dengan laptop dan tumpuk
kelilingku. "Aku seperti masuk toko
g gila buku," akunya tanpa malu. "Rak yang di sana itu
mpang. Benar saja, semuanya karya Stephen King. Ada puluhan
ng" yang bahkan tak tahu 90% karya-karyanya. Alda bisa menganggapku pem
ub. "Ada beberapa judul yang
mu mau. Nanti bisa kamu bawa
h, jadi nggak enak. Nan
s itu buku favoritku. Itu edisi eksklusif, susah ba
yang dimaksud Alda. Sial, kenapa harus di rak pal
buku itu. Gerakan Alda membuat ujung piyamanya sedikit terangkat, memperlihatkan paha
Alda oleng, keseimbangannya goyah. Tangan
wa
melukku. Tubuh kami saling menempel erat. Kurasakan detak jantungnya yang memburu, j
an. Aku bisa merasakan kelembutan tubuh Alda, juga kehangatan yang menguar darinya. Sen
aat memeluk wanita manapun. Rasanya... rasanya hatiku mengha
" bisikk