30 Days Lover
las menatapku, ada yang penuh rasa ingin tahu, ada pula yang diliputi kegugupan. Ten
s, membuka diskusi. "Progres proyek
ini masih lancar, Pak. Gambar dan maket sudah 90% j
kan tidak ada keterlambatan. Klien
memberi hormat,
memang bisa diandalkan. Merekalah yang membuat Mahendra Ass
embangan proyek di Me
"Semua berjalan sesuai rencana, Pak. RAB dan RKS sudah fina
ya. Jangan sampai ada mas
iri yang akan turun ta
k krusial macam anggaran dan penjadwalan pada Vero. Mes
ang sedang berjalan, juga rencana ekspansi untuk tahun depan. Sejauh ini,
ninggalkan ruangan, kecuali Mila, sekretaris sekaligus asisten pribadiku. D
i," ujarnya seraya menyodorkan map itu padaku
a apa ya? Saya kok lu
ek gedung Damar Holdings, kan? Yang kemarin Bapak min
upakan proyek sebesar itu. Tender ini akan menjadi peluang besar bagi Mah
lu ya. Nanti siang saya tan
gan saya saja ya." Mila membun
ggangkan dasi yang terasa mencekik leher, lalu menyandarkan ke
lagi pandanganku tertuju pada sederet kalimat y
g kamu minta nomorku. Silahkan di s
." - aku belum mengirimkan pesan lagi. Bukannya tak ingin, tapi aku takut. Takut perasaan aneh yang ku
ua kali. Wanita yang bahkan nyaris tak kukenal. Bukankah selama ini aku sela
boleh goyah hanya karena senyuman manis seorang wan
biru pemberian Mila, lalu melangkah keluar ruangan. Lebih baik aku segera meny
*
asanya aku juga baru makan siang pukul dua, setelah selesai mengecek semua pekerjaan di kantor. Tapi en
gan taman yang hijau dan asri. Seorang pramusaji datang
bolognese dan es lemon tea. Menu andala
Aku bersandar di kursiku, sambil memandang ke luar jendela. Cuaca di luar cukup
uarga kecil - pasangan suami istri dan anak perempuan mereka, mungkin usianya sekitar 3 tahun - tengah menikmati sa
rja, kerja, dan kerja terus!" Suara si istri terdengar
dan Acha, Liv. Buat siapa lagi mema
lebih sayang sama kerjaan kamu daripad
ku nggak suka di rumah nggak ngapa-ngapain, makan
pengangguran nggak jelas, begi
tu ya! Kamu tuh yang
emakin sengit. Ya ampun, kok bisa-bisanya mereka ad
upanya ocehan keras orangtuanya membuat gadis mungil
sak. Dia masih asyik berdebat kusir dengan suaminya. Kini bahkan t
sungguh mengingatkanku pada masa lalu yan
usan. Masa di mana rumah yang seharusnya menjadi tempat paling nyaman berubah bagai neraka. Masa di
i menggelegak di dadaku. Kenangan akan perceraian Mama dan Pa
apa tamu lain menatap ngeri. Tapi anehnya, orangtuanya masih bergeming dalam perdebat
kecil itu menangis ketakutan gara-gara ulah egois orangtuany
ya, meskipun makanan yang aku pesan belum aku sentuh sama sekali. Tanganku gemetar saat
u. Suara tangis si anak dan obrolan makin lama makin s
nyut menyakitkan mulai berdentum-dentum di pelipisku. Nafa
lagi. Berhentilah membayangkan yang tidak-tidak. Berhentilah menyamakan dirimu dengan bocah ingusan t
akutan anak itu tak mau enyah dari benakku? Mengapa aku begitu ing
rang lain. Aku hanyalah orang asing bagi mereka. Lalu untuk apa aku pusing? Segera kunyalakan mesi
*
g." Suara Mila yang ceria menyam
bil melangkah masuk ruangan, berusaha mengenya
Tapi Bapak... tidak apa-apa? Wajah Ba
pa-apa, cuma sedikit pusing. Kamu t
gan raut waswas. "Baik Pak
Aroma kayu manis dari pengharum ruangan sedikit menenangkanku. S
iletakkan di meja. Aku membuka mata. Mila meletakkan secangkir kopi hitam
k. Masih ada waktu untuk beristirahat sebent
ng panggilkan Dani ke rua
istik. Aku ingin meminta laporannya tentang ke
rtubuh subur itu tersenyum lebar, tapi aku langsun
adaannya, Dan? Lancar?"
ngan Pak Arya. Material utama seperti semen, pasir, dan besi beton s
jangan sampai ada yang terlambat. Klien kita
an semuanya berjalan sesuai ja
oleh kembali. Terima kasih lapora
ku perlahan. Pahitnya cairan pekat itu sedikit mengusir penat di kepalaku. Ras
*
amar Holdings. Ini kesempatan besar bagi kita untuk melebarkan sayap ke ranah properti kelas atas. Kalau kita berh
sias, jelas sama bersemangatnya den
ah pertama kita,
Holdings tak bisa menolak tawaran kita. Kita harus menunjukkan visi dan inovasi kita dal
haan konstruksi yang akan menjadi mi
ekerja sendirian. Kami butuh perusahaan konstruksi yang kompeten dan berpengalaman sebaga
jejak dan portofolio mereka, supaya bisa menyesuaikan isi
aya carikan datanya
agai ide kreatif dilontarkan, dari penggunaan green architecture, pemanfaatan energi terbarukan, sampa
ila beranjak untuk membukanya. Tak lama kemudian
ang akan menjadi mitra kita untuk proyek Damar Holdings
ntuk mencari tahu sekitar setengah jam yang lalu. Tapi toh kuter
ama di baris paling bawah. Sebuah nama yang membuat pikir
ua Tim Proyek Kons
u terc
i... aku akan bertemu lagi dengan Alda dalam t
, tawanya yang renyah, caranya menatapku dengan sorot penasaran... Semua itu kembali membanjiri ruan
ini t
semesta yang ingin menguji k
tar. Yang kutahu hanya satu - aku, Rayhan Mahendra, tak bisa lari lagi
ertas dalam genggamanku. Bibirku mele
pa lagi, Al