30 Days Lover
kan bermitra dengan Mahendra Associates dalam tender proyek Damar Holdings adalah PT Agrapana, dengan pimpinan tim proyek
rapatnya?" Suara Arya
ani sudah berdiri di sampingku. Raut
an diajukan dalam tender nanti," jawabku sekenanya. Tak pe
, bagaimana kalau kita undang t
antai. Meskipun hatiku berdebar tidak karuan
*
i merayap. Ini dia. Saatnya aku bertatap muka lagi dengan Alda dalam situasi yang
ra lembut menyela ucapanku. Suara yang amat fami
lazer pink pucat dan rok span hitam. Dia tersenyum sopan, menampakkan lesung pipinya yang menawan.
selalu sesempurna
mengulurkan tangan. Kurasakan telapak tanganku sedikit berkeringat. Semoga Alda tidak m
an diri saya lagi. Saya Alda dari PT Agrapana. Ini para staf saya." Alda menyalami tanganku,
diskusi di sana," ujarku mempersilakan. Dengan canggung kusejaj
aku bisa menge
*
lalu tim Agrapana memberikan masukan dan penjelasan dari sisi konstruksi. Sesekali aku mencuri pandang ke
al, cerdas, dan berwibawa. Pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkannya kepada timku menunjukkan penguasaannya yang mendala
ru. Juga perlu dipikirkan dari segi maintenance kedepannya." Alda mengakhiri paparannya
ktur nanti," sahut Arya bersemangat. Nada suaranya jelas diliputi kekaguman.
Duh, aku ini kenapa sih? Kenapa aku merasa tidak suka saat anak buahku sendiri memuj
saan aneh itu. Fokus, Rayhan! Ingat, kau sedang rapat penting se
sep umumnya sudah disepakati bersama. Saya rasa kita bisa men
etuju. Mereka mulai merapikan be
n tahap berikutnya," ucap Alda sembari tersenyum ramah. Senyum yang lagi-lagi hampir menghent
enangkan tender ini," balasku, susah payah menahan gugup. "Omong-omong, u
katakan? Bukankah kau sendiri yang berusaha menjaga jarak den
ga ingin lebih mengenal Anda dan tim sebelum kita terjun k
gguk-angguk antusias. Sepertinya mereka
ja panjang dengan berbagai macam makanan tersaji di depan kami. Tim Agrapana dan tim-ku mulai mengobr
kannya membuatku lebih rileks, yang ada malah bikin aku semakin kikuk. Apalagi aku harus duduk tepat di sebelah Alda! L
i-lagi aku terpukau melihat cara makannya yang elegan. Astaga, b
tolong ambilkan ke
ndengar suara Alda. Dia menunjuk bot
rlalu gugup, tanganku malah menyenggol gelas berisi air putih di depanku. Dalam gerakan lambat, k
saat merasakan sensasi d
seru. Tanpa ba bi bu, dia meraih serbet makan mili
etak. Alda sedang mengelap perutku. Ya Tuhan,
rang di meja memandangku dengan tatapan geli bercampur iba. Aku yaki
tapi tegas, kusingkirkan tangan Alda dari perutku. Bisa gawat kalau dia
uru-buru. Secepat kilat aku melesat menuju toilet pria di ujung
an aliran air dingin menyapu hangat pipiku yang masih bersemu. Ya Tuhan, memalukan sekali! Di
usap bajuku... Aroma parfumnya yang lembut menguar dari tubu
alas menatapku. Rambut berantakan, mata lelah, rahang tegang. Ditambah kemeja basah yang men
ma insiden kecil. Yang penting sekarang kau harus kembali ke sana dan bersikap s
mua orang sudah kembali ke obrolan masing-masing saat aku tiba di meja. Aku meng
ak untuk kembali ke kantor masing-masing. Aku berjal
lda. Dia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. "Kam
jadi tanganku tak lagi gemetar. "Sama-sama. Kami juga sanga
apa lagi kulakukan mengingat posisiku dan Alda sekarang. Tapi melihat senyum di wajahnya, m
denganku malam ini? Untuk membahas proyek ini l
malah kau keluarkan kata-kata itu? Kalau Alda sampai s
yang begitu manis, begitu tulus. Lesung pipinya
nggu Anda pukul 7 di
iri di depan pintu resto