Terjerat Nikmat Sesaat
a yang dikucir dua dan wajahnya yang oriental memang menggemaskanku
ubun-ubunku, aku tersadar. Mengapa aku harus curi-cur
tapa bodo
raut muka ja'im. Aku harus mainkan strategi agar bisa membujuk mereka tanpa terkesan
s kalian balik ke sekolah. Kalo ngga
ak menolak kompak. Tangannya m
asnya yang sudah kosong cuma diputar-putar di pangkuannya.
uselipkan di celana. "Pak Joko..." kataku dengan suara dibuat-buat, "katanya: pak Alfred,
membelalakkan m
lang kalo kita ters
ngaja kubuat berdering itu. Tak ada SMS sebenarnya. Yang ada hanya bualanku saja. "Gini
a aliran listrik yang menghujam pantatnya. "
an bapak ambil baju mandi.
gu di teras. Sepertinya tak sabaran, taku
^
ak jelas. Mulutnya dihadang oleh tangannya sehingga aku tak bisa membaca gerakan bibirnya. Sepertinya, mereka sedang main rahasia-rahasiaan. Seme
langkahku. "Kok kita terus, pak? Bukann
enti di pertigaan. Kiri, menuju ke atas, tempat yang kuyakini benar. Tapi
in, Yuth?
jawabnya pen
pak. Daerah ini benar-benar asing dan lebih terjal. Kami saling menolong agar tidak terpeleset jatuh. Seseka
anya Deva karena permukaan kulitnya penuh dengan rambut-rambut halus. Betisnya kuam
mpai di tujuan. Setelah mendaki sedikit, kami melihat ada umbul. Lebih jernih namun berdiameter lebih kecil. Tepi umb
i tempatnya." kata Iy
knya nih, lebih
ngi kembali. Santi yang terkejut cuma bisa menyumpah-nyumpah. Sekali dua kali, mereka juga salin
ng." gurauku. Tapi aku serius. Aku harus mengamati sekeliling untuk memastikan tak ada orang y
Di bawah jurang terdapat sawah yang ditata secara terasering, berundak-undak. Air dari umbul yang terbuang
ak, "kita mau mandi. Bapak jagain ba
ndi di umbul kan?" tanyaku mengingatkan. Aku berharap, mereka mengangg
udah nggak sabaran," goda Iyuth.
h kok, pak. Mending malu dikit daripada sat
kalau
s umbul. Bintang-bintang di langit bagaikan jatuh di atas air. Sepi di sekitar umbul. Bambu-bambu
t pandang ke arah umbul yang paling ideal. Ah, sedikit ke timur ada batu ya
jenak ke dalam umbul lalu menarik badannya kembali. Jari-jari lentiknya mengurai ikatan dasi pramukanya, dan m
sil, ia masih mengenakan sepatunya saat celana dalam putihnya terlihat jelas. Lucu dan menggema
ju. Tangannya membantu menanggalkan kaitan rok yang menutupi area pribadi Sinta. Deva masih berp
ur lagi beberapa langkah, membiarkan Santi menanggalkan roknya seorang diri. Kuamati paha jenjang Santi dari atas ke
u itu ke atas seperti sedang melepas kaos olah raga. Singlet putih pun menggantikan baju coklat yang baru saja ia tanggalkan. Dadan
ya memakai singlet dan celana dalam putih. Ia menga
, San." jawabku, "
tali sepatu bot-nya, dan mencopotnya satu demi satu. Kaos kaki putihnya
apa nih
pak." balas Deva, "kan seminggu
r. Giginya yang ra
a terlihat mengkilat dan terawat. Lalu ia menegakkan punggungnya,
emua nih." Perlahan-lahan, Santi menarik baju melewa