Sebuah Pengabdian
n Zahra. Setelah menjabat tangan kedua mempelai dan orang tuanya, Yasir memper
yukurnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena ia dapat diperkenankan untuk menyaksikan pernikahan putra tunggalnya s
ngga mereka lupa bahwa waktu telah berlalu begitu cepatnya. Langit semakin gelap. Udara pun s
mereka masing-masing. Setelah para tamu meninggalkan rumahnya, Hamid segera berlari menuju kamarnya dengan wajah yang muram. Sel
nita yang kini telah menjadi menantunya, "Nak Zahra, ada apa dengan Hamid? Kenapa Hamid meni
mid juga tidak mengatakan apa
ang sedang terjadi. Kalau ada masalah, ka
k pelan lalu men
elah pergi terlebih dahulu. Tak lupa ia meminta izin pada Yasir. Tak tahu mengapa hati
mpat berdirinya beberapa langkah, ia mempercepat langkahnya agar lebih cepat sampai di tempat tujuan. Karena saat itu hat
napa Mas Hamid meninggalkan ruangan begit
tersebut. Setelah kamar terbuka, rasa terkejutnya bertambah ketika melihat Hamid yang tengah duduk di atas ranjang sambil merapatkan kedua t
n oleh sang suami. Kecemasan kembali menyerang hatin
n duduk tepat di samping suaminya tersebut. Ketika Zahra telah duduk di sampingnya, Hamid seolah telah mengetahui kehadirannya tanpa melihatny
ingin sendiri," ucap Hamid sambil men
mengerti mengapa sang suami berkata kasar padanya. Bahkan hal terse
ini. Orang asing yang sama sekali tidak pernah kukenal se
uk memahami apa yang dirasakan oleh suaminya tersebut. Ia pun bangkit da
n sebutan mas! Usiamu lebi
menahan air mata yang hendak keluar dari kedua kelopak matanya. Ia me
rlebih dahulu! Aku juga tidak mau menikah di usia semuda ini. Sama sepertimu. Tapi aku melakukan semua ini d
u bermain bersama. Tapi karena kesibukan orang tua kita dan jarak rumah kita yang terlalu jauh, akhirnya kita berpisah. It
n perlahan untuk keluar kamar. Namun baru saja i
tuk kita, kita harus melaksanakannya. Kita hidup di dunia ini seperti seorang prajurit yang dikirim ke suatu tempat untuk menyelesaikan suatu misi tertent
luar kamar. Hati Hamid yang semula hancur tak terbentuk kini mulai terbentuk dengan perlahan
kan sang istri membuatnya tersadar akan tujuan hidupnya. Kata-kata Zahra benar-benar dapat menghipnot
n ketika itu juga Hamid memanggil namanya. Mendengar san
"Tunggu! Kamu boleh tidur disini. Ini juga kam
dirinya untuk memberi izin padanya untuk menempati kamar miliknya. Zahra membalikkan tubuhnya dan mulai melangkahkan kakinya untuk m
ah aku memanggilmu dengan sebutan ka