Sebuah Pengabdian
asalah mereka pada Salamah. Mereka menerima amarah dari Ustadzah Salamah seba
Mungkin banyak orang tua lainnya yang akan menolak lamaran ini karena mereka tak mau jika hubungan putri merek
g cucu. Begitu juga dengan sang istri, Mona. Mereka takut jika sampai mereka menutup mata nanti mereka belum jug
ia militer. Dan kami sama sekali tidak merasa kebera
a tidak keberatan kan?" tan
han. Ustadzah Ustadzah Salamah merasa heran dengan sikap Zahra yang
memang dinikahi Hamid. Tapi kenapa dia tidak bisa di
i cucu. Tapi dia tidak boleh disebut sebagai anak Hamid. Apakah dia hanya aka
saaitu. Terlebih Mona. Sebagai seorang ibu, Mona dapat memahami naluri
Salamah. Kita akan mencari waktu yang tepat untuk melakukan semua itu. Jika waktunya sudah tepat, kita akan memberitahu kepada dunia tentang
a sebentar, tapi apa yang kalian lakukan itu te
kau tidak akan pernah melakukannya karena kau lebih menya
sama sekali tak berniat demikian. Tapi rasa sakit hati Salamah membuatnya harus berka
kan berbohong pada kita," tegur Ustadz Rahman yang tak tahan meny
lihat masa depan Zahra menjadi hancur hanya karena m
inya itu, "Cukup Ummi! Jangan berbicara lagi! Aku sudah menerima lamaran in
? Dia yang mengadakan
. Ia ingin sekali menolak pernikahan Zahra dan Hamid. Namun apa daya? Ia tak mampu melakukannya karena suaminya melarangnya
Tuhan padanya. Lamaran yang ia kira akan sangat sulit dilakukan karena usia Hamid yang masih terlalu muda juga hubungan y
untuk kembali pulang. Yasir berjanji akan datang kembali untuk merencanakan tanggal pernikahan Hamid dan Zahra. Sebelum Yasir keluar d
enunggu hari h-nya saja.Sambil menunggu, orang tua Hamid dan Zahra menyiapkan segala sesuatu yang akan dibutuhkan dalam pernikahan. Mereka terlihat sanga
n Hamid dan Zahra sendiri. Hati mereka merasa sangat gelisah. Kebimbangan selalu hadir setiap saat. E
a dengan Zahra. Tak berbeda dengan Zahra yang terus tak fokus pada setiap kegiatan yang dilakukannya. Jantungnya terus b
hidupan pernikahan. Walaupun sudah berusaha keras untuk mempersiapkan dirinya dalam m
edihan. Sudah menjadi hukum alam jika seorang wanita telah menikah, maka ia harus berpisah deng
ang sangat besar. Aku harus memenuhi kebutuhan sehari-hari. Aku harus menafkahi keluargaku. Entah
sih memiliki uang tabungan. Aku selalu mendapatkan juara saat mengikuti perlombaan waktu kecil. D
ktu terus berlalu. Membuat Zahra semakin merasa takut. Ketakutan akan hari dimana dia ak
pat gelar S1.Tapi aku malah akan berpisah dengan abi dan umi. Padahal aku masih ingin tinggal bersama mereka. R
eka tak henti-hentinya mengurung diri di dalam kamar. Merenungkan nasib mereka di masa se